Kapan sandiwara Petruk ini berakhir, tidak ada yang dapat meramal kecuali paranormal yang bermain silat dengan kata-kata yang “dibius” dan yang sampai sekarang selalu gagal dengan ramalan mereka. Dan yang sangat mengherankan, juga beberapa kaum terpelajar masih tetap percaya kepada Sang Ratu Adil yang tidak kunjung tiba, entah dari mana asalnya.

Lalu ia teringat pada apa yang dikatakan oleh Franklin Roosevelt tentang seorang diktator, “He may be a son of a bitch. But he is our son of a bitch”. Politisi yang senang berbohong asal tidak tertangkap basah, para negarawan yang tidak berhati dermawan, dan para birokrat yang senang ber-KKN, kiranya sadar bahwa sudah waktunya ada moral dan fatsoen (sopan santun) dalam berpolitik.

Ia berharap semoga para politisi bermoral dan santun meskipun dalam jumlah kecil dewasa ini, tetap terpanggil akan gejolak hati nuraninya. Semua hendaknya benar-benar sadar, seperti dikatakan Mahatma Gandhi, “The things that will destroy us are: politics without principle, pleasure without conscience, wealth without work, knowledge without character, business without morality, science without humanity, and worship without sacrifice”. Tidaklah berkelebihan kalau dikatakan lagi bahwa politik tanpa moral dan fatsoen atau etika akan menjerumuskan bangsa ini. (*)

Pewarta : dhino pattisahusiwa

Disadur dari berbagai sumber