Ia tidak tampil begitu saja dalam ruang-ruang publik, konsep blusukan yang dijalankan juga bukan dilakukan tanpa sebab. Pastinya, ada agenda-agenda dadakan yang kemudian terkonfirmasi dengannya,  sehingga membuat ibu 6 anak ini mengambil bagian pada event-event tersebut.

Paling tidak ini pertanda baik, meski ada tujuan politik yang menjadi sasaran utamanya, namun aksi yang dilakukan Rohani Vanath, boleh disebut hanya pernah dilakukan beberapa politisi ternama saja.

Ini tak lain karena ada naluri keibuan dan emosi seorang perempuan yang melekat pada dirinya. Beberapa sikap ini juga ditemukan pada sederet pemimpin perempuan di Indonesia, misalnya Walikota Surabaya Tri Rismaharini (Bu Risma) yang kerap membersikan selokan saat turun ke lapangan.

Pendeknya, ‘sense of belonging‘ (rasa memiliki) yang melekat pada sosoknya membuatnya selalu melihat sisi politik bukan semata politik, tapi juga  dipenuhi rasa memiliki dan rasa sosial.

Tanggal 9 Desember 2020, tengah malam sikap positif ini terkonfirmasi. Rohani dengan segala kekurangannya, tampil diapit suaminya Abdullah Vanath bersama semua tim susksenya.

Ia mengaku kalah. Dan meminta semua pendukungnya untuk menerima kekalahan itu. Dengan tetap sumringah di depan kamera, Rohani menyebut pertarungan telah berakhir dan memberi atensi dan support bagi semua tim sukses dan pedukungnya.

“Kalian hebat, kalian luar biasa. Tetap jaga persaudaraan kita, sampaikan untuk semua pendukung kita telah berjuang keras dan hasilnya belum sesuai dengan harapan kita semua,” ungkapnya dengan berbesar hati.

Sikap Rohani Vanath, boleh dikata hanya ada pada sebagian kecil politisi kita. Nekat bertarung di ajang penuh dinamika dan persaingan, tapi sadar akan posisi di akhir pertarungan. Setidaknya, sikap legowo Rohani bersama pendampingnya Ramli Mahu, patut mendapat reward dari publik di SBT.

Sikap yang tidak terbayangkan sebelumnya, jika melihat dinamika politik jelang Pilkada SBT yang memiliki tensi yang cukup tinggi baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Hanya satu pesan berliant yang keluar dari mulut Rohani Vanath dan mungkin dapat dijadikan sebagai pegangan bagi politisi di daerah ini.

“Kita telah membuat sejarah di Pilkada Serentak 2020 ini dengan tampil di jalur perseorangan,” ucapnya.

Ternyata Rohani telah menunjukan kelasnya, bahwa ‘happy ending’ dari sebuah pertarungan politik bukan hanya kemenangan tapi juga kerelaan menerima kekalahan itu. Inilah politik ‘everything is possible’ (semua kemungkinan bisa terjadi) (***)