BERITABETA, Ambon –Sopir angkutan kota (angkot) di Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) mengeluhkan sikap pengelola Agen Premium Minyak dan Solar (APMS) yang beroperasi di Kota Saparua.

Keluhan ini terkait dengan sering terjadi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di APMS itu, lantaran pemilik APMS lebih memilih menjual BBM jenis premium ke pedagang pengecer dengan harga terpaut Rp.500.

“Mereka seakan mengelabui kami, dengan membatasi penjualan bensin kepada kami, dan lebih memilih menjual kepada pedagang pengecer dengan harga yang terpaut Rp.500,” ungkap Piter salah satu sopir angkutan jurusan Haria-Saparua yang dikonfirmasi via telepon seleluarnya, Rabu (07/11/2018).

Menurut Piter, kelangkaan BBM di Saparua sering terjadi di APMS itu. Kalaupun ada waktu beroperasinya selalu dibatasi. Proses penjualannya pung tidak selayaknya yang dilakukan di sejumlah APMS. Harganya per liter premium di APMS Saparua dijual Rp. 6500, sedangkan untuk pedagang pengecer dijual dengan harga Rp. 7000.

“Kalau ada minyak bensin yang masuk paling yang dijual ke angkutan umum hanya 3 sampai 4 drum, sisanya dijual ke pedagang eceran dengan harga Rp.7000,”tandasnya.

Selain keterbatasan BBM jenis premium di APMS itu, Piter juga menyangkan soal  pelayanan. Misalnya, APMS yang diketahui milik salah satu anggota DPRD Malteng ini, sering menjual minyak secara manual dengan menakar BBM jenis premium dengan menggunkan kaleng literan.

“Padahal, sebagai mitra Pertamina, harusnya sisi pelayanan dengan menggunakan peralatan pompa itu sangat penting,”katanya.

Piter menjelaskan, akibat sering terjadi kelangkaan premium di APMS Saparua itu, sejumlah pengemudi angkot sering membeli premium di sejumlah pedagang pengecer yang harganya bisa mencapai kisaran Rp.9.000 – 10.000 per liter.

Akibat kelangkaan ini, beberapa sopir angkot sempat melayangkan protes kepada pemilik APMS tersebut. Pasalnya, mereka menilai beroperasinya APMS di Saparua itu tidak maksimal dalam melayani konsumen khususnya pemilik kendaraan, baik roda empat maupun roda dua.

Seperti diketahui, kuota BBM  yang disuplai Pertamina ke Kecamatan Saparua, pernah dikeluhkan oleh pemilik APMS tersebut.

Sebab, jumlah kuota yang dikirim ke APMS itu hanya sebesar 10 ton dan jumlah ini dinilai sudah tidak mencukupi kebutuhan untuk melayani pelanggan di kecamatan itu.

Piter Patti selaku pemilik APMS, kepada salah satu media lokal beberapa waktu lalu mengaku akibat permintaan pasar yang sangat tinggi terhadap BBM, maka pihaknya sering kewalahan,  karena stok yang ada hanya sebanyak 10 ton per hari. “Ini tidak mencukupi kebutuhan masyarakat’”tandasnya.

Dijelaskan Patti, APMS miliknya dibuka mulai jam 07.00 – 12.00 siang dan pada saat siang itu, APMS-nya ditutup karena sudah habis bahan bakar, hal ini membuat masyarakat berpikir bahwa dirinya menimbun BBM, padahal pihaknya menerima kuota stok minyak yang sangat kecil (BB-DIO)