Ia memastikan, Dekranasda, Pemprov Maluku, serta pihak Perbankan, akan terus mendorong dan meningkatkan inovasi kreativitas para pelaku ekonomi kreatif di Maluku, sehingga daya produksi dan daya beli masyarakat dapat meningkat yang berdampak pada kesejahteraan perekonomian masyarakat Maluku.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada Pemprov Maluku, Perbankan dan stakeholder di Maluku yang turut bersama dan berkiprah bagi kemajuan masyarakat Maluku di tengah pandemi Covid-19. Semoga pada saatnya, pelaksanaan rakor pembangunan pariwisata dapat berjalan dengan lancar,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Sekda Maluku, Kasrul Selang mengatakan, wisatawan mancanegara menghabiskan banyak uang untuk keperluan di hotel saat liburan. Hal itu terungkap dari total pengeluaran mereka ketika berlibur. Sebaliknya, wisatawan domestik justru menghabiskan sebagian besar uangnya untuk belanja kuliner.

“Ternyata wisatawan itu menghbiskan  lebih banyak uang di hotel, sekitar 45 persen. Kalau wisatawan nusantara, ternyata 45 persen itu untuk belanja kuliner. Kita pikir masuk akal juga kan, bule tidak mungkin kita suruh dia makan papeda dengan sagu tiap hari,” ujar Sekda.

Menurutnya, dari total pengeluaran wisatawan nusantara yang mencapai 45 persen untuk kuliner itu, terdapat peluang untuk meningkatkan pariwisata di Maluku.

Dinas Pariwisata pun diimbau bekerjasama dengan pihak terkait, membuat kriteria desa untuk ditetapkan sebagai Desa Pariwisata. Pemprov akan membina satu desa untuk satu kabupaten. Sisanya, kabupaten yang membina.

“Jadi, kita memang sasarnya ke sana. Ternyata wisatawan nusantara itu lebih banyak habis 45 persen ke kuliner. 25 persen di oleh-oleh (cinderamata). Itu berarti ada peluang di sana,” jelas Sekda.

Ditambahkan, industri pariwisata yang kuat merupakan hasil inisiatif masyarakat. Diperlukan pendekatan yang dimulai dari kelompok masyarakat untuk membangun desanya. Ide mereka bisa dipakai. Ada juga inisiatif dari pemerintah desa yang bisa melihat desanya memiliki potensi wisata.

“Kalau pariwisata yang diinisiasi sendiri oleh masyarakat, biasanya sangat kuat. Saya bilang ke Kadis Pariwisata, bawalah orang Morella, Hukurila, Siwang, pergi ke Bali selama sebulan misalnya. Lalu belajar tentang bagaimana kelola pariwisata di Bali,” sarannya (BB-DIO)