Tanpa AM. Sangadji, Pekan Depan Jokowi Tetapkan Lima Pahlawan Nasional Baru
Menurut Oemar Dahlan, Sangadji adalah tokoh penting di Kalimantan Timur, terutama Tenggarong, Kutai Kartanegara.
“Tidak sedikit dari pemuda Samarinda dan Kalimantan pada umumnya, yang sesudah Indonesia merdeka menjadi orang-orang penting, juga dalam pemerintahan, yang tadinya menjadi “murid” Sangadji, setidaknya pernah berguru pada Sangadji,” ungkap Oemar dalam tulisannya itu.
Oemar Dahlan tertarik menulis artikel itu, karena tidak banyak buku atau tulisan sejarah pergerakan Nasional, khususnya yang berkaitan dengan SI mengungkap nama A M Sangadji.
Sangadji adalah kawan seperjuangan yang seangkatan dengan HOS Tjokroamnito dan Haji Agus Salim dalam masa jaya-jayanya SI dalam dasawarsa tahun dua-puluhan dulu. Mereka bertiga boleh dikatakan merupakan trio yang saling melengkapi dalam pimpinan SI.
Kembali ke penetapan lima pahlawan Nasional baru, dari catatan media ini, terdapat kelima tokoh yang ditetapkan Jokowi sebagai Pahlawan Nasional itu, antara lain :
1. Dr. dr. HR Soeharto dari Jawa Tengah. Dia merupakan dokter pribadi dari Presiden Soekarno. Soeharto juga mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang menjadi cikal bakal lahirnya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di seluruh Indonesia.
2. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam VIII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Paku Alam VIII merupakan mantan Wakil Gubernur DIY. Semasa hidup, dia dinilai memiliki jasa besar, terutama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
3. dr. R. Rubini Natawisastra dari Kalimantan Barat. Semasa hidup, Rubini ingin menurunkan angka kematian ibu dan anak saat melahirkan yang kerap terjadi di praktik bidan tradisional (dukun beranak). Rubini merupakan dokter lulusan STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen atau Sekolah Kedokteran Bumiputra) dan NIAS atau Nederlands Indische Artsen School (Surabaya),
4. H. Salahuddin bin Talabuddin dari Maluku Utara. Salahuddin adalah tokoh yang memimpin pergerakan melawan penjajah di wilayah Maluku Utara. Ia berkali-kali ditawan pihak Belanda dan dikurung lalu disiksa di penjara Sawahlunto, Nusakambangan hingga ke Boven Digul.
5. KH. Ahmad Sanusi dari Jawa Barat. Sanusi merupakan pendiri dari Al-Ittahadiyatul Islamiyah (AII), organisasi yang aktif bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Pada awal kependudukan Jepang di Indonesia, AII dibubarkan.
Ia kemudian mendirikan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII). Semasa hidup ia juga pernah menjabat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1945 (*)
Editor : dhino pattisahusiwa