BERITABETA.COM, Ambon – Ketua Tim Gubernur Percepatan Pembangunan [TGPP] Provinsi Maluku, Hadi Basalamah menyampaikan perekonomian Maluku tumbuh sebesar 6,01% (y-on-y) di Triwulan III-2022.

Kondisi ini mengalami peningkatan dibanding pada triwulan sebelumnya sebesar 4,85% (yoy), dan triwulan yang sama tahun 2021 sebesar 4,12%(yoy).

“Angka ini  juga lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi triwulan III-2022 secara nasional yakni sebesar 5,72% (yoy),” kata Hadi Basalamah kepada wartawan saat menggelar konfrensi pers di ruang rapat lantai 2 Kantor Gubernur, Rabu (9/11/2022).

Menurutnya,pertumbuhan ekonomi Maluku ini dipengaruhi oleh pertumbuhan yang tinggi pada sektor-sektor produktif yakni, sektor industri pengolahan (10, 70%), sektor perdagangan (8, 66%), sektor informasi dan komunikasi (8,06%), sektor jasa perusahaan (7,85%), sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (7, 24%), serta sektor penyediaan Akomodasi dan makan minum (7, 16).

Sedangkan pertumbuhan ekspor Maluku secara akumulatif hingga triwulan III neraca perdagangan Maluku mengalami surplus sebesar US$ 4.666,88.

Basalamah menjelaskan, capaian ini pertumbuhan ini mencerminkan aktivitas ekonomi Maluku semakin bergairah, dimana terjadi peningkatan aktivitas produksi diberbagai sektor strategis.

Antara lain sektor pertanian/perikanan, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, serta sektor pariwisata.

“Hal ini berdampak pada bertambahnya kesempatan kerja sebanyak 8.089 orang, dan menurunkan angka pengangguran terbuka dari 6,93% pada Agustus 2021 menjadi 6,88 persen pada Agustus 2022,” sebutnya.

Dikatakan, sisaat bersamaan tingkat inflasi semakin terkendali. Inflasi Maluku secara bulanan (m-t-m) mengalami deflasi sebesar -0, 20% pada Oktober 2022. Dan secara tahunan (y-o-y) inflasi Maluku terus menurun dari 6,89% pada September 2022 menjadi 6,48% pada Oktober 2022.

Diakui, penurunan angka inflasi ini lebih banyak terjadi untuk komoditas pangan. Hal tersebut merupakan imbas dari suksesnya gerakan menanam yang dijalankan di seluruh kabupaten/kota yang menyebabkan produksi pangan khususnya cabai dan holtikultura mengalami kenaikan signifikan.

Kondisi ini juga membuat jika nilai tukar petani (NTP) Maluku terus meningkat dari 104,38 di bulan September menjadi 104,88 pada bulan Oktober, atau meningkat sebesar 0,48%.

Meski Demikian, kata dia dampak kenaikan BBM masih terus dirasakan pada sektor transportasi sehingga sedikit menghambat laju deflasi.

“Efek domino dari kenaikan harga BBM masih harus terus diwaspadai hingga akhir tahun,” tegas ketua TGPP.

Ia optimis, perkembangan situasi makroekonomi yang semakin membaik ini mengindikasikan bahwa, ditengah ketidakpastian ekonomi global yang makin tinggi, namun perekonomian Maluku masih tetap tumbuh dengan baik, serta stabilitas yang masih relatif terjaga.

“Kita berharap pada triwulan IV, aktivitas ekonomi Maluku akan terus meningkat sejalan dengan makin membaiknya faktor cuaca yang menyebabkan makin kondusifnya aktivitas produksi di sektor pertanian/perikanan maupun pariwisata,” tandasnya (*)

Pewarta : Febby Sahupala