Sebelumnya, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Amahai Frans Thomas Latuni  telah menghimbau kepada masyarakat yang beraktifitas di laut maupun di darat, untuk tetap waspada terhadap perubahan-perubahan cuaca yang bisa berubah tiba-tiba dari kondisi yang normal ke ekstrim.

Berdasarkan data Klimatologis, untuk wilayah Malteng khususnya di bagian Seram Bagian Selatan, puncak musim hujan ada di bulan Juni-Agustus dengan massa transisi kemarau ke hujan dimulai bulan Maret-Mei sedangkan transisi hujan ke kemarau mulai bulan September.

Sementara Malteng di bagian Seram Utara kondisi iklim umunya terbalik dari kondisi yang terjadi di bagian selatan Pualau Seram, artinya ketika di bagian selatan musim hujan di bagian utara musim kemarau.

“Berdasarkan analisis klimatologinya maka perlu masyarakat ketahui bahwa pada massa transisi ada terjadi ketidak stabilan masa udara di atmosfer,” terangnya.

Kondisi tersebut  sangat berpengaruhu terhadap perubahan kondisi cuaca normalnya.

“Seperti kondisi-kondisi cuaca yang kita alami beberapa hari belakangan ini. Sebentar lagi wilayah kita akan memasuki musim penghujan yang di tandai dengan kejadian hujan dalam bulan minimal 50 mil yang diikuti dua dekade berturut-turut atau dalam 20 hari terjadi hujan terus menerus, jelasnya.

Dirinya berharap, masyarakat tetap mengikuti up-date informasi cuaca, baik di media sosial resmi BMKG Malteng atau situs web BMKG.

Masyarakat juga diminta untuk tetap meng-up date informasi cuaca baik lewat media sosial (bmkg_malteng; Facebook, Instagram, WhatsApp) ataupun website BMKG (www.bmkg.go.id).

“Informasi cuaca yang kami kelurkan berupa informasi cuaca dan gelombang baik harian, 3 harian, mingguan bahkan peringatan dini cuaca ekstrim dan perngatan dini Gelombang,” terangnya (BB-FA)