Uniknya Desa Kilwaru dan Kiltai, Warganya Seperti Hidup di Atas Kapal Induk
Desa Kilwaru, yang membawahi sebanyak enam dusun dengan jumlah penduduk ± 1000 jiwa itu, secara hidtoris warganya memang memiliki tradisi pengolahan ikan asin secara tradisional.
Madja Rumalutur Ketua Koperasi Perikanan Etarsia, Desa Kiltai, Kecamatan Seram Timur, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) dalam sebuah kesempatan mengakui setiap bulannya ikan demarshal atau jenis ikan yang hidup di dasar laut, mampu dieksploitasi nelayan mencapai puluhan ton.
Saat program SOLID melakukan pembinaan di desa Kilwaru beberapan tahun lalu, setiap bulan nelayan disana bisa menjual sebanyak 15 ton ikan demarshal. Ikan berbagai jenis ini merupakan hasil tangkapan dari nelayan -nelayan di enam dusun yang menjadi petuanan Desa Kilwaru yang meliputi, Dusun Kilwaru, Dusun Talang Baru, Dusun Maar, Dusun Kifar, Dusun Wawasa dan Dusun Namalas.
Nelayan di enam dusun ini yang sering menyuplai ikan segar ke ferderasi untuk diolah menjadi produk ikan asin dalam kemasan dan abon ikan. Hasil produksi ikan asin dan abon itu sudah merambah pasar kota Ambon hingga keluar daerah Maluku.
“Kami masih terkendala dengan angkutan kapal yang kami pakai untuk menampung hasil tangkapan ikan dari nelayan binaan SOLID,”ungkap Madja saat itu.
Ketua Koperasi Etarsia itu, sempat menjalin kerjasama dengan Federasi Karya Mandiri binaan program SOLID di Desa Kilwaru di tahun 2016 lalu, sebagai mitra untuk mendistribusikan hasil tangkapan ikan demarshal dari 10 kelompok mandiri binaan SOLID di Desa Kilwaru.
Belasan ton hasil tangkapan nelayaan binaan program SOLID SBT, berupa ikan mentah ini selanjutnya di pasarkan di kota Ambon, setelah ditampung oleh kapal Inka Mina 172 yang disewa oleh Koperasi Etarsia (*)