Walikota Ambon : Metode Belajar Tatap Muka Miliki Resiko Covid-19 yang Tinggi
BERITABETA.COM, Ambon – Walikota Ambon Richard Louhenapessy mengungkapkan kegiatan belajar mengajar bagi siswa di Kota Ambon belum bisa dilakukan. Meskipun banyak pihak yang mengusulkan agar proses itu dapat dialihkan dari online ke tatap muka, namun metode tatap muka dinilai masih miliki resiko Covid-19 yang tinggi.
“Bukan tanpa alasan, sekolah memiliki resiko tinggi penyebaran Covid-19 jika sekolah tatap muka berlangsung. Untuk itu harus ada pertimbangan khusus dan melihat tingkat perkembangan kasus di Kota Ambon sebagai bahan pertimbangan penerapan sekolah tatap muka,” kata Walikota di Ambon, Selasa (27/10/2020).
Louhenapessy memastikan, sampai saat ini masalah pendidikan masih dalam pertimbangan yang serius oleh Pemkot Ambon lantaran secara dilihat dari segi ekonomi sektor pendidikan masih sangat kecil, namun dari segi kesehatan pendidikanlah yang memiliki resiko yang tinggi.
“Pendidikan itu secara sektor ekonomi masih rendah namun dari segi kesehatan sangat tinggi resikonya,” paparnya.
Sedangkan, kebijakan yang saat ini ditempuh Pemkot Ambon hanya terfokus untuk sektor yang berdampak ekonomi, makanya Pemkot Ambon memberikan izin dengan pertimbangan jangan sampai ada pengusaha yang merugi dan karyawanya di PHK.
“Yang kita pertimbangkan dulu sektor-sektor yang berdampak ekonomi ini, jangan sampai ada PHK dan sebagainya” ungkapnya.
Ia menegaskan, untuk sektor pendidikan masih harus dilaksanakan secara daring, nantinya akan dievaluasi, saat Kota Ambon masuk pada zona hijau.
“Muda-mudahan setelah dievaluasi dan kalau kondisinya sudah zona hijau, kita pertimbangkan lagi” jelasnya.
Sementara secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon, DR. Fahmi Sallatalohy kepada beritabeta.com mengaku pihaknya belum bisa memastikan kepan konsep belajar online ini akan dialihkan ke konsep tatap muka.
“Semua akan diputuskan oleh Walikota, karena secara teknis pun saat ini pembelajaran secara online tetap berjalan, meskipun ada kendala-kenala yang dialami siswa,” tandas Fahmi via telepon selulernya, Rabu (28/10/2020)
Untuk itu, kata Fahmi, pihaknya akan tetap menunggu keputusan dari Walikota Ambon, karena sampai saat ini dari pantauan yang dilakukan, resiko mengalihkan konsep pembejaran online ke metode tatap muka itu memang beresiko tinggi.
“Kan banyak kasus yang kita bisa pelajari dari daerah lain. Dimana ketika konsep ini dialihkan ke tatap muka, ternyata banyak anak didik dan guru yang dikabarkan terpapar. Nah, hal-hal inilah yang kita hindari,” urainya.
Menurutnya, selama ini proses pembelajaran dengan sistem online tetap berjalan dan beberapa kendala seperti kebutuhan paket internet juga sudah merata ditangani oleh pihak sekolah melalui bantuan pemerintah.
Fahmi juga mengakui, awalnya banyak orang tua yang menginginkan agar anak-anak mereka belajar dari rumah saja dengan menggunakan metode online, namun setelah tiga bulan berjalan banyak orang tua yang akhirnya meminta agar anak-anak mereka kembali ke sekolah.
“Ini sangat manusiawi, karena terlalu lama di rumah juga anak-anak menjadi jenuh. Ditambah lagi kemampuan orang tua yang tidak merata dalam membimbing anak, menjadi alas an lain yang sangat dimaklumi,” jelasnya.
Meski demikian, Fahmi kembali menegaskan, soal keputusan terkait metode pendidikan ini, akan tetap dikaji dan semua akan diputuskan Walikota.
“Prinsipnya kita tetap menjalankan apa yang diperintahkan, karena tentu semua keputusan yang diambil pemerintah saat ini, tentunya sudah melalui kajian-kajian yang matang, demi kepentingan bersama,” tutupnya (BB-YP)