BERITABETA.COM, Ambon - Walikota Ambon, Richard Louhenapessy mengungkapkan, hasil survei yang dilakukan terkait keingginan belajar tatap muka di Kota Ambon, ternyata 52 persen orang tua masih menginginkan anaknya mengikuti sekolah online.

"Saya sudah coba juga untuk melaksanakan survei, dan kurang lebih 52 persen orang tua di Ambon, inginkan anaknya belajar online, "kata Walikota, kepada media ini via telepon seluler, Selasa (14/9/21).

Menurut Richard, hal tersebut memiliki satu indikator bahwa orang tua masih ragu terhadap tingkat penyebaran, keterpurukan dan tingkat penularan COVID-19 kepada anak-anaknya.

"Sementara yang minta agar sekolah dilakukan secara offline atau tatap muka, hanya sekitar 47 persen saja. Makanya dari segi pendekatan kuantitatif, orang tua minta agar kita hati-hati dulu lah, "ujar Richard.

Olehnya itu, Richard mengatakan, indikator tersebut yang menjadi dasar pertimbangan pihaknya, dalam rencana melakukan proses belajar tatap muka di sekolah nanti.

"Saya tidak mau ikut-ikutan. Karena resiko dari terpapar COVID-19 itu, pembiayaannya relatif tinggi. Nah, itu yang harus kita hati-hati jangan sampai beban semakin berat dialami lagi oleh Pemkot, "katanya.

Richard menjelaskan, kebijakan secara nasional, ada 163 kota di Indonesia yang diijinkan untuk melaksanakan pendidikan atau sekolah tatap muka dan di Maluku ada lima, tapi Ambon belum termasuk.

"Kenapa Ambon belum masuk, mungkin saja ada pertimbangan-pertimbangan secara teknis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan RI, tentang penyebaran COVID-19, "jelasnya.

Kendati demikian, Richard mengungkapkan pihaknya akan terus berupaya untuk sedapat mungkin dalam waktu dekat, sekolah tatap muka sudah bisa dilaksanakan. Selain itu, lanjut Richard, pihaknya tetap berpedoman dari surat edaran Ikatan Dokter Anak Indonesia.

"Edaran dari Ikatan Dokter Anak Indonesia itu, memberikan isyarat sekolah-sekolah tatap muka bisa direkomendasikan digelar, setelah 80 persen sudah lakukan vaksinasi, " ungkapnya.

Olehnya itu, sebagai orang nomor satu di Kota Ambon, dirinya tidak mau gegabah dalam mengambil kebijakan, terkait proses belajar tatap muka di sekolah.

"Saya mempertimbangkan betul kondisi lingkungan dan kesehatan. Dan kalau dalam waktu dekat ini kita akan laksanakan belajar offline, maka dimulai dulu dengan SMP," ujarnya.

Memulai dengan siswa SMP, tambah Richard, bukan tanpa alasan. Sebab, anak jenjang menengah pertama sudah mulai mengerti tentang penyebaran COVID-19.

"Kalau ini sukses dijalankan, maka kita lanjut lagi buka belajar tatap muka di SD. Tapi tidak seluruhnya, nanti dimulai dari siswa kelas enam, lima dan empat. Nanti tahap terakhir, buat kelas satu, dua dan tiga. Jadi bertahap semuanya,"tambahnya.

Pewarta : Febby Sahupala