Kiprah YPPM di bawah komando putra Tidore ini makin bersinar. Pasca terlibat sebagai LSM lokal yang melakukan advokasi korban konflik Maluku, YPPM terus bergerak bekerja sama dengan sejumlah NGO Internasional dan stakeholder di Maluku. Beberapa program kerja sama yang dilakukan itu antaranya, program Pendidikan Alternatif di Desa Tial Kecamatan Salahutu, kerja sama YPPM-PKM/CRP, YPPMDIKNAS), Program Pemberdayaan Orang Tua, Ibu–ibu, dan warga Jemaat Gereja Protestan Maluku, kerja sama YPPM dengan PKM/CRP, ICMC, CordAid, Program Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di pesisir Salahutu dan Haruku, kerja sama YPPM-CIDA, dan sejumlah program kerja sama yang bertujuan kemanusian di Maluku.

Menjadi Direktur YPPM adalah sebuah tantangan yang begitu besar dihadapi oleh Abdulgani. Selain bekerja harus sepenuh hati, komitmen untuk tetap berjuang pada ranah sosial kemanusiaan harus tetap terjaga. Walaupun YPPM telah dipercaya menjadi sebuah LSM lokal yang berperan di masaxxxii

masa konflik hingga pasca konflik, namun keberlangsungan kegiatan tidak dapat dipastikan terus terjadi.

YPPM pun pernah mengalami kondisi serupa pada tahun 2004. Ketika bencana tsunami menimpa Aceh pada 26 Desember 2004. Peristiwa tragis itu, kemudian mengalihkan perhatian sejumlah NGO dunia memusatkan misinya ke daerah tersebut. Sontak saja, kerja sama yang terjalin antara YPPM dengan sejumlah donatur terhenti.

“Kita pernah mengalami masa kevakuman dalam program pendampingan pasca konflik Maluku. Kondisi itu berlangsung selama 3 tahun mulai dari tahun 2004 hingga 2007, akibat sejumlah NGO internasional memalingkan perhatian ke musibah tsunami di Aceh,” kata Abdulgani.

Memasuki tahun 2008, kemudian melalui beberapa teman di International Labour Organization (ILO), salah satu badan di bawah naungan PBB, mengabarkan akan ada program yang masuk ke wilayah Maluku bernama Serasi yang akan didanai oleh United States Agency for International Development (USAID), salah satu badan independen dari pemerintahan Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas bantuan untuk bidang ekonomi, pembangunan, dan kemanusiaan untuk negaranegara

lain di dunia. Selain itu, juga terkait program SOLID yang didanai oleh IFAD. Berkat informasi yang diperoleh ini, Abdulgani kemudian mencoba mencari tahu melalui sejumlah website di internet. Upaya itu berhasil. Kedua program tersebut kemudian menjadi tanggung jawab YPPM untuk dijalankan di Maluku. Kini YPPM Maluku di bawah komando Abdulgani, telah melakukan proses pendampingan terhadap Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil (PKPK) atau SOLID (Smallholder Livelihood Development Project in Eastern Indonesia).

Program SOLID merupakan kerja sama Pemerintah Republik Indonesia dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD). Sejak 2014, YPPM Maluku telah melakukan proses pendampingan terhadap ratusan kelompok tani yang tersebar di lima kabupaten di Maluku, dan pemberdayaan petani kecil itu dilakukan sampai berakhir tahun 2018.

“Selaku pimpinan YPPM, saya tetap optimis, ke depan Program SOLID di Maluku akan menjadi sebuah pintu bagi masuknya upaya pengentasan kemiskinan di daerah ini. Optimisme ini akan dapat terwujud, asalkan Pemerintah Daerah Maluku mampu melanjutkan upaya intervensi yang sudah dilakukan dalam Program SOLID,” tandasnya (*)

Pewarta : Dhino pattisahusiwa