Bedah Film Beta Mau Jumpa, Abidin Wakano : Jangan Bangun Musuh Imajiner

“Saya kira di Maluku, kita semua menjadi bagian dari proses bersama merawat damai untuk masa depan Maluku dan dunia. Anda tidak berhak merubah orang lain, tetapi anda lebih berhak merubah diri anda sendiri, sehingga orang lain dapat berubah karena anda yang berubah,”tambah dia.
“Saya kira ini harus menjadi spirit bersama. Kita semua harus berupaya untuk menjadi orang yang bermanfaat dalam proses-proses kedepan,” tuturnya.
Abidin mengatakan, percuma kalau membuat banyak agenda jika tidak memulainya dengan sering melakukan pertemuan untuk merajut kembali kebersamaan dan persatuan seperti pra 1999.
“Hemat saya ini merupakan sesuatu hal yang penting untuk kita lakukan terus menerus,”timpalnya.
Pendekatan untuk perdamaian tidak hanya satu sisi saja, tetapi harus melibatkan berbagai komponen. Baik di wilayah Kristen yang hilang maupun komunitas Islam.
Dia mengaku, upaya damai selama ini telah dilakukan semua orang. Karena tiap orang Maluku punya memori kolektif untuk cerita 1999.
Tapi, lanjutnya, bakudapa pun tidak cukup untuk mewujudkan perdamaian. Alasannya, karena dalam teori sosilogi psikologi terhadap sesuatu yang cukup harus dilakukan adalah proses rekognisi. Karena tanpa rekognisi, biasanya orang saat bakudapa akan merasa hampa.
“Apa yang kita dengar dan baca akan membentuk pikiran. Kemudian pikiran membentuk kata-kata. Dan Kata-kata membentuk aksi jadi sebuah kebiasaan, serta kebiasaan itu membentuk karakter, dan karakter akan menentukan masa depan,”jelasnya.
“Termasuk apa yang kita dengar. Ingat satu kata, terkadang hari ini tidak bermakna, tetapi satu waktu, walaupun satu kata yang telah kita ucapkan hari ini, akan bermakna dalam kehidupan nanti,”tukasnya.

Menurutnya, tak ada pahlawan perdamaian yang dapat dikukuhkan di Maluku. Sebaliknya, yang harus dilakukan secara berkesinambungan adalah membangun jiwa-jiwa damai, adil, tulus, dan penyayang.
“Saya kira ini akan menjadi kekuatan untuk membangun peradaban masa depan. Mari kita wariskan cita-cita damai di Maluku. Damai bukan saja Islam dan Kristen, tetapi damai antar teman, dalam keluarga serta damai di berbagai aspek,”pungkasnya. (*)
Editor: Redaksi