Sebagaimana saya berharap dari Allah agar urusan ini berakhir dengan baik, terbebas dari kaum gila itu. Dan saya berharap anda yakin bahwa saya adalah pembantu yang tulus untuk tuan - tuan terhormat. Tapi sayangnya pemahaman penduduk kota ini belum matang dan belum terbuka ".

Yang dimaksud dengan kaum gila itu adalah orang - orang sholeh, para Mujahid yang tak rela menjual Granada kepada penguasa dari Castille dan Aragon.

Penganiayaan, pembantaian, pemurtadan hingga Islam tak bersisa menjadi akhir kisah Andalusia.

Faktornya murni, para munafik ini ingin terus mempertahankan jabatan dunia. Ibarat pedang bermata dua. Tak ada lagi malu bersemayam hingga iman gampang terbeli.

Kalimat terakhir surat itu terdengar akrab di telinga kita hari - hari ini. Bagi Muslim yang mempertahankan imannya dianggap bodoh, belum open minded, terkungkung pada aturan zaman onta.

Palestina menjadi barometer Muslimin. Sepanjang masih dalam cengkeraman Yahudi, tak akan ada cerita kebangkitan Islam.

Kembali Allah ingatkan. Kekalahan Yahudi tak akan pernah terjadi jika ukhuwah kaum muslimin belum sekuat ikatan bathin antara kaum Muhajirin dan Anshor.

Tadaburilah surah Al - Hasyr ini, bagaimana Allah bercerita tentang keikhlasan kaum Anshor menolong kaum Muhajirin yang berhijrah meninggalkan harta benda demi iman Islam meski nyawa taruhannya.

Dua ciri masyarakat bersatu yang pernah mengalahkan Yahudi hingga di titik teramat sangat rendah. Yang pernah membawa panji Rasulullah berkibar menutupi hampir seluruh permukaan bumi. Yang pernah menancapkan peradaban Islam di puncak tertinggi peradaban manusia, dipuji langsung oleh Allah dalam surah ini.

Sebuah fatwa yang sedang Allah bingkiskan kepada kaum Muslimin.  Saat ini Yahudi sedang membangun pusat peradaban dunia. Jantung bumi itu ada di Palestina. Semuanya dikendalikan dari kursi - kursi penguasa bumi.

Bisa jadi Allah sedang membiarkan mereka berkomplot membangun sampai pada tatanan paling hebat, paling maju, paling kaya, paling canggih.