BERITABETA.COM, Namlea - Penjabat Bupati Buru, Djalaluddin Salampessy mengaku, kegiatan penambangan emas secara illegal yang dilakukan oleh Penambangan Tanpa Izin (PETI) di kawasan Gunung Botak, Kabupaten Buru akan berdampak pada kerusakan lingkungan di masa mendatang.

“Eksploitasi yang tidak terkendali ini akan berdampak terhadap kerusakan lingkungan  cukup parah pada 10-15 tahun mendatang,” kata Salampessy saat membuka Rakerda DPC Ikatan Alumni Universitas Pattimura (Ikapati) Kabupaten Buru, di Aula Kantor Bupati, Kamis (23/6/2022).

Salampessy  mengatakan, keberadaan PETI di kawasan Gunung Botak telah menjadi perhatian regional maupun internasional. Pasalnya, kondisinya sangat memprihatinkan.

"Ini sangat memprihatinkan,"tandas Salampessy .

Ia mengakui, kondisi yang sangat memprihatinkan di Gunung Botak itu telah dilaporkan kepada Gubernur Maluku, Murad Ismail.

"Kemarin kami melaporkan kepada pak Gubernur, bahwa pak Gubernur harus ada tindakan cepat, kalau tidak lingkungan kita tidak akan bertahan dalam 10-15 tahun ke depan,"sambung Dalampessy.

 

Aktivitas PETI di Gunung Botak beberapa tahun lalu

Salampessy yang akrab dipanggil Djar ini menguraikan, wilayah perkebunan, sawah dan hutan tidak bisa memberikan kehidupan dan kesejahteraan masa depan di negeri ini kalau PETI terus beraktrivitas di kawasan Gunung Botak terus dibiarkan.

“Kalau dibiarkan tidak terkendalinya,  eksploitasi yang tidak terkontrol oleh  PETI ini maka penambangan liar yang dilakukan itu  kemudian akan berdampak terhadap lingkungan. Ini bukan peristiwa kecil. Ini peristiwa dunia bapak-ibu,"sentak Djar.

Ia juga menyentik berbagai history, terkait dengan Teluk Minamata, Peristiwa Nuklir di Chernobyl dan beberapa kejadian yang betul-betul mengharu-birukan kehidupan buat manusia di saat itu.

Dengan cerita history ini, kata dia, bila eksploitasi di Gunung Botak tidak dikendalikan, maka dikhawatirkan nantinya Kabupaten Buru bukan lagi bagian dari masa depan.

"Buru ini besar, negeri rete mena bara sehe, maju terus pantang mundur. Tidak pernah berpaling ke belakang. Jadi, teman-teman IKAPATTI  mari kita bekerjasama membuka ruang, membuka pintu-jendela daerah itu, membuka pintu pulau Buru yang luasnya sembilan ribu meter lebih menjadi pulau yang memberikan harapan sehingga semua orang ingin datang ke sini,"gugah Djar.

Ditanya wartawan terkait aktifitas PETI di GB yang kini kian marak, usai ia membuka kegiatan DPC IKAPTTi, Djar lebih jauh menjelaskan, Gubernur Murad Ismail sangat mengharapkan pengelolaan Gunung Botak  secara profesional, sehingga tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Gubernur sampaikan, bahwa lingkungan hidup itu satu kebutuhan yang akan memberikan satu kontribusi terhadap kehidupan umat manusia.

“Jadi kalau dirusak hari ini, maka dampaknya bukan hari ini .Tapi 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, bahkan beratus-ratus tahun tidak pulih,” beber dia.

Dikatakan, jika  tidak dikelola dari sekarang, maka akan memberikan kesan buruk terhadap seluruh potensi yang ada di situ. Bukan hanya tentang alamnya saja, tetapi lingkungan manusianya, sosial budayanya dan lain-lain.

"Bayangkan, kalau ketidak terkendalikan itu dibiarkan begitu saja, maka sosial budaya kita juga akan rusak.Kenapa? Karena kita tidak akan mampu untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang rusak. Pasti budaya akan rusak.Ekonomi apalagi,"tutur Djar.

Sebelum melapor ke Gubernur,  Djar  mengaku telah melakukan beberapa langkah diantaranya ; menginstruksikan kepada Kepala Dinas yang memiliki tupoksi untuk secara administratif mengawal migrasi masuk dan keluar arus manusia.

Kemudian mengawasi perdagangan bahan kimia berbahaya yang tidak terkontrol.

"Kami juga malah memberi suatu wilayah administrasi khusus, menginstruksikan untuk dibukanya RW atau RT baru di wilayah itu sehingga lebih mengontrol pada aktifitas administrasi dan aktifitas pembangunan, bahkan perdagangan zat-zat kimia yang beredar tanpa kendali dan tidak dilakukan oleh orang profesional. Nah ini langkah yang sudah sangat tepat, sehingga pengelolaan lingkungannya bisa terjaga,"papar Djar.

Ditanya apakah akan ada petutupan areal Gunung Botak? Djar mengatakan, penutupan adalah tindakan yang bisa berhadap-hadapan dengan situasi.

“Kita mengendalikan dari unsur hulunya. Kalau hulunya tertib, maka ke tengah hingga hilir pasti tertib,"tutup Djar (*)

Pewarta : Abd. Rasyid T

Editor : Dhino Pattisahusiwa