Dari Mihrab Ayasofya Laju Sekularisme Dihentikan

Cerita ini tercatat dengan tinta emas dimana sang khalifah memacu kudanya dari Baghdad datang dengan ribuan pasukannya memenuhi panggilan seorang ummahat yang ditarik jilbabnya di kota Ammuriyah dengan teriakannya yang melegenda " Waaaa Mu' tashimaaahhh !! "
Selembar kain ini, bukanlah sekedar penutup aurat, sisters. Sepotong kain yang terus menjadi pemicu perang pemikiran abad ini.
Seumpama racun yang mematikan. Jilbab menjadi momok di sebagian petinggi negeri Barat terutama pemerintah Prancis yang tak menginginkan corak Islam terlihat dalam warna penduduknya.
Awal Juni lalu, gadis-gadis Muslim dipaksa menanggalkan hijabnya sebelum masuk sekolah di Lyon Prancis. Dampak dari paham sekuler ini, sungguh membuat kaum Muslimin kehilangan hak atas menjalankan keyakinan.
Dimanakah hak asasi yang selalu menjadi slogan Barat ? Pelaku warna warni diperjuangkan begitu hebatnya di seluruh permukaan bumi.
Sungguh, bukan hal mudah bagi kami yang memutuskan berhijab di negeri - negeri Barat.
Butuh satu orang untuk menghentikan laju sekularisme seperti pertarungan muadzin Istanbul julukan yang dilekatkan pada penguasa Turkiye, Recep Tayyip Erdoğan yang baru saja memenangkan pertarungannya.
Pesta kemenangan digelar pada 29 Mei lalu, bukanlah sebuah kebetulan bertepatan dengan kemenangan leluhurnya, Sultan Muhammad Al - Fatih, saat membuka gerbang Konstantinopel 570 tahun lalu.
Kemenangan ini membuat Muslim di dunia bisa bernafas lega. Ku dengar ucapan Hamdalah dideraskan di mana - mana. Turkiye menjadi lambang negara Muslim dunia.
Gagalnya kudeta militer yang digencarkan pada Jumat 15 Juli 2016 malam, tujuh tahun lalu, menjadi titik balik kisah negerinya.
Dampaknya justru di luar dugaan. Setengah penduduknya terutama anak - anak muda Turkiye terbuka mata hatinya. Mereka kembali terpesona dan jatuh cinta pada kecantikan Islam.
Kabar gagalnya kudeta itu membuat Barat semakin senewen bertahun - tahun. Pembakaran Al - Qur'an di Swedia awal Januari lalu adalah sebuah kesengajaan yang di desain untuk memancing umat Islam terkhusus masyarakat Turkiye bereaksi. Berharap terjadi huru hara.
Sebenarnya puncak dari semua drama ini adalah keberhasilan Turkiye mengembalikan kumandang adzan dari Masjid Ayasofya, setelah dibungkam selama 85 tahun. Masjid yang menjadi simbol kemenangan Islam.
Kini Turkiye memasang badan, mewakili negeri Muslim sedunia saat saudaranya yang lain belum mampu berbicara di pentas dunia menentang pasukan warna warni yang sedang gencar mempromosikan " bulan pelangi " ke seantero jagad.