BERITABETA.COM, Namlea – Sekertaris Bimas Islam, Drs. H. Tarmizi Tohor, MA mencanangkan Desa Waeleman, Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru, sebagai ‘Kampung Zakat’. Pencanangan  ditandai dengan pemukulan gong dan pembukaan selubung papan program, pada Jumat (23/8/2019).

Hadir dalam pencanangan itu, Kakanwil Kemenag Provinsi Maluku, Faesal Musaad, Bupati Buru, Ramly Umasugi, dan perwakilan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), beserta Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Buru dan Pimpinan OPD di lingkup Pemkab Buru.

Dalam sambutannya sebelum meresmikan ‘Kampung Zakat’ di Desa Waeleman, Tarmizi Tohor mengatakan, kalau pemberian zakat harus mengarah kepada pengentasan kemiskinan. Sebab kata dia, kalau zakat bukan  hanya urusan perut.Dapat uang satu milyar, dikumpul sejuta orang dikasih sejuta per orang, tapi yang diberi zakat tetap miskin.

Ia menginginkan, setidaknya dari pemberian zakat ini, ada yang kemudian tidak miskin lagi. Karena itu polanya dirobah, dengan pemberdayaan zakat dan pemberdayaan ekonomi melalui pemberian zakat produktif.

“Ini kan lucu, semakin orang berzakat, semakin banyak orang yang miskin. Seharusnya semakin banyak orang berzakat, semakin banyak orang yang tidak miskin,”tandas Tarmizi Tohor.

Menurut Tarmizi, kalau semakin banyak orang berzakat, namun banyak yang miskin, berarti zakat itu tidak tepat sasaran.

“Menurut saya, zakat itu untuk mengurangi angka kemiskinan. Oleh karena itu saya punya ide, bekerjasama dengan Bazanas, kita survey daerah tertinggal dan mana yang kita dahulukan. Dengan Bazanas kita salurkan zakat produktif kepada daerah tertinggal yang kita jadikan kampung zakat ini,”tanggap Tarmizi.

Ia menyebutkan dalam tahun 2019 ini ada tujuh desa di Indonesia yang dicanangkan sebagai ‘Kampung Zakat’. Salah satunya ada di Maluku yakni Desa Waeleman.

Tarmizi yang mengaku baru pertama kali datang ke Kabupaten Buru ini, sangat suka dengan keindahan dan pemandangan daerah ini yang dikelilingi laut, sungai, tanaman pertanian.

“Di sini banyak laut, saya paling suka.Dati kecil saya hobinya memancing,”imbuh Tarmizi.

Banyak hal yang disampaikannya di pencanangan ‘Kampung Zakat’ ini dan terakhir ditutupnya dengan penjelasan program kerja Kementrian Agama RI yang diberi nama moderasi beragama.

Ia menyebutkan akhir-akhir ini ada dua kekuatan yang berkembang, yakni ekstremisme dan kelompok liberal, dan agama di KTP saja.

“Mari kita berada di tengah saja, Islam moderasi,”ajaknya.

Untuk itu, ia menitip pesan kepada umat muslim khususnya, agar tidak perlu menyalahi orang, menekan orang dan lain sebagainya. Tapi bagaimana bisa membangun secara bersama.

Kata Tarmizi, kalau ada orang yang mengatakan bahwa Indonesia ini tidak ada perhatian terhadap agama, maka  itu orang yang tidak mengerti sama sekali. Indonesia ini adalah negara Idiologi Pancasila. Bukan negara beridiologikan agama.Tetapi memberikan ruang beragama di negara ini.

Program ‘Kampung Zakat’ ini dibagi menjadi 5 sektor, yaitu sektor ekonomi, pendidikan, dakwah, kesehatan, serta infrastruktur dan sosial. Dalam setiap sektor melibatkan Baznas, Baznas Provinsi, Baznas kabupaten/kota, LAZ skala nasional, LAZ skala provinsi, dan tentatifLAZ skala kabupaten/kota.

Sementara Bupati Ramly Umasugi, menyatakan menyambut baik program ‘Kampung Zakat’ di Waeleman ini. Desa Waeleman  dibuka oleh Kementrian Transmigrasi di tahun 1994 lalu dengan mendatangkan 320 kepala keluarga.Namun kini yang tetap bertahan hanya 190 KK.

Banyak yang pindah tempat tinggal, karena saban tahun desa Waeleman  selalu menjadi langganan banjir. Warganya tidak dapat menekuni usaha pertanian dengan baik, akibat banjir tadi. Warganya tetap bertahan dengan menjadi buruh tani di desa-desa yang lain.(BB-DIO)