BERITABETA.COM, Ambon – Sebanyak 100 unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Ambon diikutkan dalam Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pembuatan Aneka Olahan Berbasis Ikan dan Coklat.

Diklat ini digelar Komisi VII DPR berkerjasama dengan Balai Diklat Industri (BDI) Makassar, Kementerian Perindustrian yang berlangsung di Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Ambon, Kamis (1/02/2024).

Anggota Komisi VII DPR RI Mercy Chriesty Barends, ST usai membuka kedua kegiatan diklat ini menjelaskan, pelaksanaan kegiatan diklat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan para pelaku UMKM, sekaligus mendorong peningkatan kualitas produk yang dihasilkan untuk merambah pasar-pasar digital yang memiliki prospek yang gimalang saat ini.

“Jadi yang kita harapkan output dari pelatihan ini para peserta dapat meningkatkan skill dan mutu pruduknya, agar bisa bersaing bukan saja di pasar-pasar lokal tapi juga bisa menyasar segmen pasar  digital dengan jangkauan yang luas,” kata politisi PDI- Perjuangan Maluku ini kepada wartawan di Ambon.

Ia mengatakan, satu tujuan besar dari digelarnya diklat ini adalah untuk mendorong pengentasan kemiskinan di Maluku, karena planning besar dalam mengatasi masalah kemiskinan di daerah ini memerlukan adanya kolaborasi semua stakeholder.

 

 

“Mereka yang hadir disini semuanya pelaku usaha dan yang kita harapkan efek dari kegiatan ini mereka bisa mengupgrade pengetahuan sekalian meningkatkan mutu produk dan juga bisa menjadi modal mengakses pemberian model usaha lembaga perbankan di daerah ini,”tandasnya.

Selain beberapa hal di atas, kata Mercy para peserta juga mendapat informasi-informasi tambahan terkait regulasi yang mengatur usaha mereka, salah satunya akses mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB) yang tidak dipungut biaya atau gratis, begitupun terkait kepengurusan NPWP yang harganya kini relatif murah sebesar Rp 35 ribu.

Wakil rakyat Dapil Maluku ini juga menegaskan, target besar yang ingin dicapai adalah membentuk sekaligus mempersiapkan ekosistem UMKM, idustri kecil dan menengah di Maluku yang kuat dan kompetitif, sehingga keberadaan para pelaku usaha ini mempu memberikan efek bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Maluku di masa mendatang.

“Kami mengingkan mereka (pelaku usaha) ini menjadi pemain di pasar-pasar digital dan kami tidak ingin hamper 43 persen masyarakat Indonesia ini menjadi konsumen dari produk-produk impor dari negaraluar misalnya Cina. Bahkan ada belasan miliar rupiah yang keluar dari Negara ini, karena penggunaan produk-produk impor itu,” urainya.

Mercy berharap, kegiatan Diklat ini juga dapat mendapat atensi dan dukungan dari setiap pemerintah di kabupaten/kota dengan mengawal, ikut membina serta memastikan bahwa para pelaku usaha ini dapat dibantu menjadi pengusaha-pengusaha yang kuat.

“Jadi semua kegiatan pelatihan seperti ini akan berhasil bila mereka bisa masuk ke pasar-pasar digital dengan pelanggan yang luas dan bisa mendapat akses ekonomi dari apa yang dilakukan saat ini. Jadi kita butuh kolaborasi bukan hanya satu dua orang, tapi harus gotong royong bersama untuk membentuk semuanya,” tutup Mercy.

Editor : dhino.p