BERITABETA.COM – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan, calon presiden incumbent Joko Widodo (Jokowi) paling dirugikan jika angka golput di pemilihan presiden 2019 besar.

Badan Pemenangan Nasional (BPN) menyebut Jokowi ‘Game Over’. Hasil LSI menyimpulkan tingkat golput akan lebih tinggi di Pemilu 2019 dan berakibat pada hasil yang diraih pasangan Capres-Cawapres Jokowi-Maruf Amin. Sedangkan Litbang Kompas merilis hasil yang  memastikan pasangan incumbent  decline dan sudah di bawah 50 persen.

Peneliti LSI Ikrama Masloman menyebut, terbuka kemungkinan Jokowi dikalahkan Prabowo Subianto, jika petahana tak berhasil mengelola partisipasi pemilih. Kesimpulan serupa juga ditemukan dalam hasil survei Litbang Kompas yang memastikan Jokowi decline dan sudah di bawah 50 (persen).

Atas hasil ini,  Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menilai hasil survei Litbang Kompas turut mengkonfirmasi survei internal BPN yang menunjukkan elektabilitas capres petahana Joko Widodo (Jokowi) sudah di bawah 50 persen. BPN menganggap Jokowi tidak mungkin menang.

Ikrama dari LSI malah  menyebutkan selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo saat ini, tak lebih besar dari angka golput 2014. Meski berbeda dengan hasil yang diungkapkan Litbang Kompas soal elektabilitas, namun kedua lembaga ini menyimpulkan kemungkinan yang sama.

“Angka golput 2014 sebesar 30,42 persen. Sementara selisih elektabilitas dua paslon ini 27,8 persen,” ujar Ikrama di kantornya, Jalan Pemuda, Jakarta Timur, Selasa (19/3/ 2019).

LSI memprediksi, angka golput dalam pemilihan presiden 2019 ini meningkat daripada pilpres 2014. Prediksi itu berdasarkan hasil sigi LSI yang menunjukkan kurang lebih sebulan menjelang pemilihan presiden 2019, pemilih yang tahu pelaksanaan pilpres akan dilaksanakan pada bulan April 2019 hanya sebesar 65,2 persen.

Dari mereka yang tahu bahwa pilpres akan dilaksanakan April 2019, sebesar 75,8 persen bisa menjawab dengan benar bahwa tanggal pelaksanaan pilpres adalah 17 April 2019.

“Artinya jika ditotal secara populasi, hanya 49,4 persen dari pemilih Indonesia yang terinformasi dan menjawab dengan benar bahwa pelaksanaan pilpres dan pileg dilangsungkan pada tanggal 17 April 2019,” ujar Ikrama.

Selain minimnya informasi, menguatnya sentimen politik identitas dan hoaks diprediksi semakin menambah angka golput dalam pilpres 2019 ini. “Pemilih jenuh akan polarisasi yang terjadi, sehingga kecenderungan golput semakin tinggi,” ujar Ikrama.

Survei LSI Denny JA menunjukkan bahwa pemilih pasangan Prabowo-Sandi lebih militan dibanding pemilih Jokowi-Maruf. Mereka ingin datang ke TPS karena merasa suaranya penting untuk menggagalkan Jokowi – Ma’ruf menjabat kembali. “Jadi, PR kubu Jokowi saat ini adalah meningkatkan partisipasi masyarakat,” ujar Ikrama.

” Kalau di bawah 50 (persen) udah nggak mungkin menang ya. Karena gini, ini tren berarti Pak Jokowi sudah tren turun terus, Pak Prabowo naik terus,” kata juru bicara BPN Andre Rosiade di Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, seperti dikutip detik.com, Rabu (20/3/2019).

Menurut Andre, survei Kompas memberi sinyal bahwa Prabowo akan menang pada Pilpres 2019 nanti. Andre menilai Jokowi sudah ‘game over’. “Yang ketiga ini perlu tahu, Kompas sebagai grup besar sudah berikan sinyal kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa 17 April besok presiden Indonesia akan diganti dari Jokowi ke Prabowo Subinato. Intinya apa? Litbang Kompas memberikan pemberitahuan bahwa Pak Jokowi game over,” ujar Andre.

Berdasarkan survei Litbang Kompas, Prabowo unggul di kalangan pemilih pemula (gen Z) dan pemilih intelektual. Andre menyebut pemilih dengan akal sehat dan rasional. Ia pun meminta para relawan untuk terus menggencarkan kampanye door to door.

“Caranya kami untuk meyakinkan pemilih Prabowo itu bahwa kami sudah meyakinkan seluruh pendukung Prabowo, mulai relawan pendukung lalu seluruh kader partai itu mulai sekarang lebih rajin turun ke dapil, temui masyarakat, door to door datang ke rumah masyarakat. Ajak masyarakat untuk memilih Prabowo,” tutur Ande.

“Caranya gimana? Kita sampaikan pesan-pesan positif tentang Prabowo-Sandi. Soal pertumbuhan ekonomi, soal bagaimana Prabowo-Sandi hadir untuk membuka lapangan kerja dan memastikan harga-harga kebutuhan bahan pokok terjangkau, termasuk kasus Novel selesai 100 hari,” imbuhnya.

Sebelumnya, Litbang Kompas merilis hasil survei terbaru tentang elektabilitas pasangan capres-cawapres yang berlaga di Pilpres 2019, sebulan sebelum hari pencoblosan. Hasilnya, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf 49,2 persen dan Prabowo-Sandiaga 37,4 persen.

Survei digelar pada 22 Februari-5 Maret 2019 dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi Indonesia. Margin of error survei ini plus-minus 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. (BB-DIO-DTC)