Pada September 2006 dia dipanggil Timnas Jerman U-17, dan menembus Timnas Jerman U-21 setahun berikutnya. Hasilnya, Ozil membawa Jerman juara Piala Eropa U-21 2009. Bahkan, dia juga terpilih sebagai man of the match saat membawa negaranya pesta 4-0 atas Inggris pada laga final.

Di tahun itu pula Ozil melakoni debut di Timnas Jerman senior dan mulai menancapkan pengaruhnya dalam permainan Der Panzer.

Sejumlah prestasi dihadirkannya untuk Jerman. Setelah membawa Der Panzer finis di peringkat ketiga Piala Dunia 2010, Ozil mengantar Jerman juara Piala Dunia 2014. Saat itu, dia tercatat sebagai salah satu pahlawan Jerman di ajang tersebut.

Sayang, empat tahun kemudian situasi berubah karena Ozil berfoto bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Saat itu, Der Panzer sedang melakukan persiapan jelang Piala Dunia 2018.

Karena foto tersebut, Ozil mendapat perlakuan rasis dan diskriminatif hanya karena dia berdarah Turki. Foto tersebut juga memicu ketegangan antara Ozil dan Federasi Sepak Bola Jerman (DFB).

Bahkan, DFB menjadikannya kambing hitam tersingkirnya Jerman pada fase grup Piala Dunia 2018. Kesal mendapat perlakuan itu, Ozil memilih pensiun dari Timnas Jerman.

"Perlakuan yang saya terima dari DFB dan yang lainnya membuat saya tak mau lagi mengenakan kostum Timnas Jerman,” tulis Ozil di Twitter pribadinya kala itu.

“Saya merasa tak diinginkan. Dan saya merasa apa yang saya raih sejak debut pada 2009 telah dilupakan,” tuturnya.

Ozil bingung kenapa perlakuan itu tak diterima pemain keturunan lain seperti Lukas Podolski atau Miroslav Klose yang punya darah Polandia-Jerman.

“Apa yang salah jika saya Jerman-Turki? Karena Turki? Karena saya Muslim? Saya lahir dan sekolah di Jerman, jadi kenapa orang tak menerima saya sebagai orang Jerman?” katanya. 

"Saat juara, saya dianggap pahlawan. Saat kalah saya diperlakukan sebagai imigran," ucapnya (*)

Editor : Redaksi