Kemajuan inilah yang membuat, sejumlah asesoris  kerap mewarnai perjumpaan umat Muslim  jelang Idul Fitri. Seakan mengusik atensi masyarakat di berbagai  tempat. Mulai dari spanduk ucapan selamat Idul Fitri, ucapan di media-media sosial,  ketupat lebaran, festival tabuh bedug, iklan di berbagai media, berkurangnya jamaah sholat tarawih, menjadi fenomena tersendiri.

Tidak hanya itu, kesibukan masyarakat terus meningkat dalam mempersiapkan pakaian baru, membeli makanan dan minuman untuk memeriahkan “Hari Bahagia” Idul Fitri.

Dengan menempuh perjalanan jauh dan beban berat yang dibawa, orang-orang dengan suka rela pulang ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga, berbagi cerita suka dan duka sembari menunjukkan keberhasilan pekerjaan selama hidup di perantauan.

Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi umat Islam. Jika disebut kemenangan maka ada kesan telah terjadi pertempuran dahsyat. Memang demikian adanya. Selama satu bulan penuh orang-orang beriman menjalani pertempuran fisikal dan spiritual. Pertempuran fisikal dapat dilihat dari aktifitas tidak makan dan minum pada siang hari selama Ramadhan. Sementara pertempuran spiritual dapat dilihat dari manajemen hati yang terus dirawat untuk tidak cenderung apalagi berbuat kemaksiatan. Wajar saja, hari kemenangan Idul Fitri merupakan momen yang didambakan kehadirannya.

Terdapat perdebatan akademik tentang apa sesungguhnya makna dan hakikat Idul Fitri itu. Ada yang menyebutkan bahwa Idul Fitri adalah sebuah hari dimana umat Islam berbuka karena sudah melaksanakan puasa Ramadhan selama sebulan penuh. Ada juga yang menjelaskan bahwa Idul Fitri berarti kembali kepada kesucian. Ramadhan seolah membasuh debu-debu kesalahan sehingga bersih. Karena debu-debu kesalahan itu sudah lekang, maka orang-orang yang beriman kembali menjadi suci. Masing-masing memiliki argumentasi sendiri.

Meskipun kerap terjadi tarik menarik tentang tafsir Idul Fitri, tapi yang pasti, Idul Fitri adalah hari bahagia. Kebahagiaan itu terpancar dari eskpresi suka cita karena sudah berjuang melawan hawa nafsu. Selain itu, Idul Fitri menjadi sebuah waktu untuk melakukan distribusi materi kepada sesama. Hari itu tidak ada lagi orang-orang yang kelaparan karena kekurangan makanan. Idul Fitri juga mengumpulkan keluarga yang terpencar, mendekatkan yang jauh, karena kesibukan masing-masing dalam sebuah ikatan persaudaraan yang padu.

Walaupun merupakan hari bahagia, Idul Fitri kerap meninggalkan sederet luka sosial yang berkepanjangan. Memang benar, saat Idul Fitri datang setiap orang merasa bahagia. Namun kebahagian itu sering bersifat tidak permanen. Dengan kata lain, kebahagiaan yang dilahirkan Idul Fitri bersifat teritorial dan situasional. Kebahagiaan hanya terjadi pada momen-momen tertentu dan saat-saat tertentu saja.

Beberapa saat sebelum datangnya Idul Fitri, ada ritual wajib yang mesti ditunaikan setiap umat Islam, yaitu membayar zakat fitrah.  Zakat fitrah kerap dipahami sebagai harta tertentu yang mesti dikeluarkan untuk orang-orang tertentu sebagaimana eksplanasi Alquran. Ketika Alquran menyebutkan, “aqiimuushhalaata wa aatuuzzakaata/ tunaikanlah sholat dan keluarkanlah zakat”, harus dipahami bahwa zakat memiliki makna yang luas.