Kebijakan ini tidak mungkin terjadi, kalau para pemimpin memiliki pemahaman seperti yang disitir Marcos Jr, bahwa pangan bukan sekadar komoditas dagang, tetapi persoalan kemanusiaan.

Ini hanya dua contoh sagu dan sorghum, belum pangan lain yang sangat beragam di kawasan timur, seperti umbi-umbian, pisang dan berbagai jenis buah-buahan yang jenisnya hanya ada di kawasan timur.

Sebagai gambaran, Indonesia memiliki seorang ahli umbi-umbian dan pisang dari Universitas Pattimura, Ambon, Dr. Semmy Leunufna, yang sangat menyadari arti penting menyelamatkan pangan lokal umbi-umbian, sehingga berusaha untuk membuat semacam “bank benih” sesuai keahliannya.

Tetapi, apa mau dikata, upaya strategis untuk pangan lokal ini begitu sulit untuk mendapatkan dukungan, meski dana yang dibutuhkan tidak ada artinya jika dibandingkan dengan output bagi kedaulatan pangan.

Keberagam flora dan fauna di kawasan timur ini bukan cerita fiksi. Naturalis berkebangsaan Inggris Alfred Russel Wallace sudah mengkonfirmasi keberagaman itu lewat garis Wallace. Semua biolog atau yang pernah belajar biologi pasti mengetahui teori evolusi lewat seleksi alam yang dicetuskan Charles Darwin, tapi sesungguhnya itu lahir dari Wallace melalui sebuah essainya dari Maluku.

Bahkan, jauh sebelum Walllace, ahli botani Georg Eberhard  Rumphius yang dijuluki “De Blinde Ziener” atau “ilmuwan buta”--- memang Rumphius mengalami gangguan penglihatan--- sudah mencatat detail tentang keberagaman botani di Maluku. Ilmuwan asal Jerman ini menghasilkan dua karya yang terkenal  D'Amboinsche Rariteitkamer atau Kotak Keajaiban Pulau Ambon (1705) dan Het Amboinsche Kruid-boek (Herbarium Amboinense).

Untuk itu, apa yang disampaikan Marcos Jr di Markas PBB sangat penting dan relevan dengan masa kini dan masa datang, dimana setiap Negara harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan pangan. Tentu, bukan sebuah kebetulan, karena Filipina dan Indonesia merupakan Negara kepulauan yang tentu saja memiliki keberagaman pangan lokal. Namun, Marcos Jr, secara terbuka menyampaikan bagaimana untuk mencapai swasembada pangan, dengan memprioritaskan bidang pertanian dan nelayan.

Keseriusan dalam bidang pertanian itu juga tercermin dari keberadaan urusan pertanian di Filipina yang berada langsung di tangan Presiden Marcos Jr, sehingga apa yang dibicarakan hampir pasti menjadi prioritas di negaranya.