BERITABETA.COM, Namlea – Ketua Karang Taruna Desa Kayeli, Kecamatan Teluk Kayeli, Kabupaten Buru, Muid Wael, membantah telah mengerahkan warga untuk mencoba masuk ke kawasan tambang Gunung Botak (GB).

Bantahan itu disampaikannya, Rabu siang (15/5/2019), menanggapi pemberiataan yang dilansir beritabeta.com dengan judul “Beroperasi di Malam Hari, Penambang Liar Nekad Kembali ke Gunung Botak”.

Muid melalui saluran teleponnya mengakui bersama Kades Kayeli Umar Taramun memang mengunjungi Pos Brimob Anahoni. Tapi alasan kunjungan itu bukan untuk meminta izin seperti yang disampaikan sebelumnya.

“Jadi kami ke pos Brimob itu menyampaikan dua hal penting. Pertama terkait nasib warga dan akibat penutupan tambang yang sudah tujuh bulan. Kedua mempertanyakan adanya laporan masyarakat terkait penambang liar yang masuk ke Gunung Botak. Jadi itu yang kami sampaikan, bukan meminta izin. Kalau memang demikian kenapa dibiarkan ada orang lain yang masuk,”ucap Wael menjelaskan. 

Dia juga menyampaikan bantahan terkait isi pemberitaan yang menyebutkan warga Kayeli. Menurutnya, kalau disebut warga Kayeli ini tidak bisa dibuktikan, karena sepengetahuannya tidak ada warga Kayeli yang nekad masuk menambang di Gunung Botak.

 “Bahwa ada penambang yang masuk ke kawasan Gunung Botak, mungkin benar, tapi kalau disebut warga Kayeli, ini juga tidak benar,”tandasnya.

Selain itu, dua alinea dalam berita itu juga dimasalahkan Wail.  Bunyinya : “Taramun dkk diingatkan agar tidak gegabah masuk ke GB sebelum mendapat izin. Bila yang mau mencoba-coba akan berhadapan dengan hukum. Namun peringatan personil brimob itu tidak diindahkan, karena pada hari Senin (13/5), ada sekelompok masyarakat mencoba masuk ke GB namun dicegah aparat keamanan. Warga yang datang itu dibawa komando  Onyong Amarduan, Ai Laitupa Muid Wael, Ical Tammam dan Khalik Wael.”

Mengutip dua alinea tadi, Muid Wael menegaskannya, bahwa ia dan nama-nama yang disebut dalam berita ini seperti Onyong Amarduan, Ai Laitupa, Ical Taman dan Khalik Wael tidak pernah mengerahkan massa untuk kembali ke GB.”Itu tidak benar,”tegasnya lagi.

Muid Wael mengaku ia dkk hanya mendatangi pos Brimob Anahoni bersama Kades Kayeli dan Kades Masarete sekitar pukul 09.00 WIT pada Minggu lalu (12/5/2019) dalam rangka koordinasi.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, ketergantungan akan hasil emas yang terkandung di kawasan Gunung Botak (GB), Kebupaten Buru, Provinsi Maluku, sepertinya  tak bisa dilupakan begitu saja oleh warga sekitar.

Ini terbukti dengan sikap sejumlah warga Desa Kayeli, Kecamatan Teluk Kayeli, Kabupaten Buru  yang nekat merangsek masuk di kawasan GB pada malam hari untuk menjalankan aktifitasnya sebagai Penambang Emas Tanpa Izin (PETI).

Aksi nekat ini sempat terpantau oleh wartawan beritabeta.com yang berada di puncak tertinggi kawasan GB, Minggu (12/5/2019) siang hingga jelang malam.  

Di siang hari kawasan GB terlihat sepi. Aparat setia berjaga-jaga di sejumlah tempat. Namun, malam harinya, para PETI mulai nekat  memasuki kawasan GB. Dari kejauhan terlihat nyala senter kepala menyerupai kunang-kunang.

Pertanda ada sejumlah oknum penambang yang main kucing-kucingan dengan aparat dan beroperasi di malam hari. Semakin larut, nyala lampu senter kepala terlihat semakin ramai. “Ada yang masuk ke GB bila sudah malam hari. Mereka butuh hidup dan butuh makan,”ungkap Unut, warga di Wamsaid, Kecamatan Waelata.

Data yang berhasil dikumpulkan dari lapangan menyebutkan, petugas keamanan sulit untuk menertibkan para penambang ini di malam hari.Mereka sudah menghafal waktu patroli aparat. Mereka baru masuk menambang setelah aparat kembali ke pos yang letaknya berkilo-kilo meter dari lokasi mereka menambang.

Ironisnya, kegiatan penambangan tanpa pengawasan itu pada tanggal 6 Mei lalu, sempat menyebabkan seorang warga bernama Nus  diparangi lengan kanannya oleh sesama penambang karena berebutan air untuk kegiatan tembang di malam larut.Insiden ini juga diungkap korban Nus dalam sebuah video berdurasi 2 menit 50 detik. Nus mengisahkan insiden yang menimpa dirinya itu.

Dikabarkan, ada dua oknum penambang dari luar yang disebut bermain di GB, yang biasa dipanggil Keriting dan Jais. “Keduanya beroperasi di Batu Kapur dan Jalur Janda,”ungkap seorang sumber terpercaya.(BB-DUL)