BERITABETA.COM, Ambon – Ridwan Nugroho (50 Tahun) tenggelam dalam lamunan. Sudah satu jam lelaki paruh baya ini duduk setia menunggu pembeli di tepi jalan depan rumah makan Nusantara, Keluarahan Waihaong, Kota Ambon. Ridwan harus bersabar, pandemic  Covid-19 ikut berimbas pada pendapatannya, padahal, jualan yang dijajakan sering laris manis di awal tahun 2020.

“Sekarang agak sulit. Paling saya dapat uang Rp 60.000 sekali buka dagangan. Biasanya sebelum corona mewabah saya bisa dapat Rp150 ribu hingga Rp180 ribu dan untung gerobak ini bukan sewaan tetapi punya saya sendiri,”ungkap Ridwan kepada beritabeta.com, Selasa (29/12/20).

Lelaki asal Malang, Jawa Timur, ini telah bekerja sebagai penjual bakso telur sejak 7 tahun terakhir ini di Ambon. Ia memiliki seorang istri yang berprofesi  sebagai ibu rumah tangga.

Bersama istrinya, Ridwan harus bekerja ekstra untuk memenuhi kebutuhan anak laki-lakinya  yang masih berumur 4 tahun.

Tentu dengan biaya hidup yang besar, kondisi ini sangat berat. Apalagi Ridwan juga punya beban harus membayar kontrakan kos mereka yang beralamat di Waihaong, Ambon.

Ridwan termasuk nekat, semenjak virus corona mewabah di Kota Ambon Ridwan tetap berjualan meski dagangannya kering pembeli. Sementara jumlah pedagang memilih berhenti menjalankan aktivitas berjualan.

Ia terpaksa harus menguras uang tabaungannya untuk membeli bahan-bahan dagangannya dengan uang sisa yang ia ditabungkan.

“Saya biasanya lebih memilih jualan dari siang sampai sore kadang kalau cuaca bagus tapi sering hujan sampai malam terus dilanjutkan lagi jualannya,” tuturnya.

Pada kondisi normal, sejak pagi sudah ada yang beli. Apalagi anak sekolah suka dengan bakso. Ini sangat membantu penghasilannya.

“Saat ini sangat sulit. Apalagi sekarang anak-anak belum sekolah tatap muka masih sekolah online,” ungkapnya.

Ridwan mengaku banyak rekannya sesame profesi bahkan memilih pulang ke Jawa.

“Mereka memilih pulang, karena tak mampu bertahan dengan beban harus membayar kontrakan yang juga sangat mahal dan pengeluaran yang cukup besar, “ kata Ridwan.

Ridwan berharap, pada saat pandemi menerpa ada kepedulian khusus dari pemerintah terhadap para pedagang keliling atau usaha mikro, terutama untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

”Mau gimana lagi, dagangan sepi dan penjual pun banyak beralih ke online. Saya berharap corona virus ini cepat berlalu agar kami bisa berdagang seperti biasanya lagi atau kami juga ingin mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk berlangsungan hidup keluarga kami,”harapnya.

Kisah yang dialami Ridwan memang cukup miris. Bukan saja pedagang. Pandemi Covid-19 telah berdampak pada kehidupan semua orang sejak April 2020 silam.

Berdasarkan keterangan yang disampaikan Ketua Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Maluku, Yehezkel Haurisa, di Provinsi Maluku banyak pekerja menjadi pengangguran.

“Mereka ini terkena dampak penyeberan wabah Covid-19 sehingga terpaksa kehilangan pekerjaan akibat diberhentikan dan berhenti menjalankan aktivitas,” kata Haurisa di Ambon.

Sementara itu, berdasarkan data Kemenaker RI per 20 April 2020, terdapat 2.084.593 pekerja dari 116.370 perusahaan dirumahkan dan kena PHK akibat terimbas pandemi corona ini.

Adapun rinciannya, sektor formal 1.304.777 pekerja dirumahkan dari 43.690 perusahaan. Sementara yang terkena PHK mencapai 241.431 orang dari 41.236 perusahaan.

“Sektor informal juga terpukul karena kehilangan 538.385 pekerja yang terdampak dari 31.444 perusahaan atau UMKM,” ujar Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah dalam siaran pers, 23 April 2020 (BB-YP)