BERITABETA.COM, Ambon  - Home industri  Abon Taminye Latuhalat (ATL) menjadi salah satu Usaha Kecil Mikro (UKM) yang dikunjungi Anggota DPR RI Daerah Pemilihan (Dapil) Maluku Mercy Chriesty Barends, dalam reres awal tahun 2022 di Kota Ambon.

Dalam kunjungan yang dilakukan, Kamis (10/3/2022) politisi PDI-Perjuangan Maluku ini mengajak kelompok Merdeka Bergiat di Dusun Tupa, Desa Latuhalat, Kota Ambon, untuk menjejaki pasar digital guna memasarkan produk abon yang dihasilkan.

Di sela-sela kunjungan itu, Mercy kepada wartawan mengatakan, era digitalisasi saat ini telah memberikan peluang yang cukup besar bagi UKM untuk merambah pasar luas. Untuk itu, dia mengajak kelompok Merdeka Bergiat agar memanfaatkan pasar digital dalam pemasaran produk yang dinilai punya prosfek ini.

"Saya punya harapan  abon ikan yang dihasilkan warga Latuhalat ini tidak dipasarkan secara konvensional saja. Saat ini banyak pasar digital yang dimanfaatkan, maka saya minta produk ini juga bisa merambah pasar digital,"  kata Mercy Barends.

Abon Taminye Latuhalat (ATL) yang diproduksi UKM Merdeka Bergiat ini memiliki tiga varian rasa yang dikemas dalam kemasan 100 gram seharga Rp35.000. Kelompok usaha itu baru didirikan sejak lima bulan terakhir.

Anggota Komisi VII DPR RI ini berjanji akan membantu memasarkan abon yang diproduksi melalui olahan daging ikan cakalang atau tenggiri yang dicampurkan trup atau "tai minyak".

Dalam kesempatan itu, Mercy Chriesty  juga  berdialog dengan anggota kelompok. Selain pemasaran,  Mercy juga meminta masalah kemasan dapat diperbaiki lagi untuk menarik minat konsumen.

Produk abon ikan ini juga sudah mengantongi  izin halal dari MUI dan juga izin Pangan Olahan Industri Rumah Tangga (P-IRT) dengan jenis pangan sesuai Peraturan Badan POM Nomor 22 Tahun 2018 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, yang diterbitkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.

Dalam pertemuan ini, Mercy berharap pemerintah daerah untuk memperhatikan pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mulai dari hulu hingga hilir, sehingga usahanya berkembang dan maju. "Jangan hanya sekedar beri bantuan tetapi tidak diawasi dan didampingi, pada akhirnya usaha kelompok tidak berkembang dan mati," ujarnya.

Salah satu anggota kelompok Senthya Latumeten, mengakui kendala yang dihadapi saat ini yakni pemasaran yang berkembang, karena baru terbentuk lima bulan terakhir.

Dia mengaku mereka mampu memproduksi tiga kilogram abon ikan taminye dengan masa produksi selama 24 jam, memiliki tiga varian rasa yakni original, pedas dan bawang goreng (*)

Editor : Redaksi