Mengenal Duo Hartono, Orang Terkaya di Indonesia dan Gurita Bisnisnya

Salah satu rokok andalan buatan Djarum pada saat itu hingga kini adalah rokok Djarum Filter. Perbedaannya hanyalah Djarum Filter ini menggunakan filter di ujung rokok dan dibuat dengan mesin.
Rokok Filter dengan cita rasa kretek tradisional mulai dikenalkan tahun 1981 dan segera laris di pasaran. Pada tahun 1972, Hartono juga berhasil melakukan ekspor rokok ke Amerika Serikat (AS).
Setelah Djarum dengan rokok kreteknya semakin melejit di pasaran, Hartono kemudian melebarkan sayap ke jagat perbankan dengan membeli saham Bank Central Asia.
Hartono telah melakukan diversifikasi bisnis dengan tujuan untuk memecah bisnisnya dalam beberapa jenis usaha agar tidak mudah bangkrut saat ada guncangan ekonomi.
Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 65.000 hektare di Kalimantan Barat sejak tahun 2008, serta sejumlah properti di Indonesia.
Di antaranya adalah Grand Indonesia, beberapa hotel seperti Bali Padma Hotel, Hotel Malya Bandung, dan Sekar Alliance Hotel. Keluarga Hartono juga membangun Pulogadung Trade Centre dan WTC Mangga Dua, Jakarta.
Mereka juga memiliki perusahaan elektronik. Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Di bawah payung Djarum dan Polytron ini pula tengah melejit Mola TV, saluran sekaligus layanan multiplatform televisi kabel.
Lalu, mereka juga membuat Ventures Global Digital Prima, Global Digital Niaga (Blibli.com), dan membeli Kaskus, situs populer di Indonesia.
Tak hanya fokus pada bisnis, Hartono juga memiliki hobi dalam olahraga bulu tangkis. Ia kerap memberi beasiswa bagi anak-anak yang berprestasi dalam bidang bulu tangkis. Lalu, ia pun mendirikan PB Djarum pada tahun 1969.
Hartono juga membuat sebuah gedung pelatihan bulu tangkis yang sangat megah di Kudus dan rutin menggelar acara bulu tangkis Djarum Badminton - Indonesia Open (BB-RED)
(berbagai sumber)