Merebut Pasar Kota Ambon, Indomaret Vs Alfamidi
BERITABETA.COM, Ambon – Dua jaringan ritel waralaba masing-masing Indomart dan Alfamidi kini menyasar sejumlah lokasi di Kota Ambon. Tidak tanggung-tanggung, atas izin Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon, Indomart diberikan kuota jumlah gerai sebanyak 40 unit, sedangkan Alfamidi sebanyak 26 gerai.
Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Ambon, Janes Aponno kepada wartawan di Ambon, Kamis (16/1/2020) memastikan, izin pembangunan dan operasional yang diberikan pihaknya berjumlah 66 gerai.
“Sejauh ini izin pembangunan dan operasional yang diberikan bagi ritel waralaba yakni indomaret 40 gerai dan 26 gerai alfamidi,” kata Aponno.
Kedua ritel waralaba tersebut ini akan beroperasi di lima kecamatan di kota Ambon, sesuai kuota yang ditetapkan.
“Untuk Indomaret 40 gerai dan harus rampung semua. Sementara Alfamidi baru 10 gerai yang beroperasi dari kuota jumlah 26 gerai,” jelasnya.
Seperti diketahui, perusahaan retail Alfamidi yang dibawah kendali PT Midi Utama Indonesia Tbk di tahun 2019 silam telah menargetkan pembangunan 100 gerai baru.
“Gerai baru dibangun 50 persen di Pulau Jawa dan 50 persen diluar pulau Jawa,” kata Corporate Secretary PT Midi Utama Indonesia Tbk, Suantopo Po dalam public expose di Tangerang seperti dikutip dari tempo.com 16 Mei 2019 lalu.
Untuk gerai baru ini, kata Suantopo, di tahun 2019 perseroan menyiapkan dana Rp 500 miliar. “Sumber dana kas operasional perusahaan,” kata dia.
Untuk pembangunan satu gerai Alfamidi dibutuhkan dana sebesar Rp 2,5 miliar sampai Rp 3,5 miliar.
Sementara, PT Indomarco Prismatama (pemilik franchise Indomaret) menjelaskan sepanjang tahun 2019 telah menambah sekitar 800-1.000 gerai di sejumlah wilayah Indonesia dari saat ini sekitar 16.000 gerai.
“Per April, gerai Indomarat mencapai sekitar 16.736, dari total jumlah itu, sekitar 30 persen persen merupakan diwaralabakan, sisanya milik perusahaan,” kata Direktur Marketing PT Indormarco Prismatama, Wiwiek Yusuf di Jakarta 29 Mei 2019 seperti dikutip dari beritasatu.com.
Ekspansi pembukaan toko baru tersebut, kata dia, merata hampir di seluruh Indonesia mulai Pulau Jawa, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara hingga Kalimantan Barat.
Adapun pasar baru yang dibuka di 2019 adalah Maluku sebanyak 50 outlet sampai akhir tahun ini. “Potensi pasar di sana bagus, kita kembangkan secara bertahap,” kata Wiwiek Yusuf.
Dia mengatakan, perseroan membutuhkan sekitar Rp 400-500 juta dalam membuka satu toko. Sumber pendanaannya kombinasi internal dan pendanaan perbankan seperti Bank Bandiri.
Wiwiek Yusuf mengatakan sejalan aksi korporasi tersebut, perseroan hingga akhir 2019 menargetkan penjualan sebesar Rp 70 triliun, atau naik dari 2018 sebesar Rp 62 triliun.
Untuk kota Ambon, Janes Aponno juga menjelaskan, keberadaan kedua ritel waralaba tersebut di kota Ambon tidak melebihi kuota yang ditetapkan yakni sesuai Undang-Undang nomor 7 pasal 26 tahun 2006.
“Jika melebihi kuota yang ditetapkan maka akan dikenakan sanksi, karena kegiatan perdagangan harus sesuai UU dan wajib memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan serta Tanda Daftar Perusahaan (SIUP-TDP),” ujarnya.
Aponno juga mengakui, semakin banyak investor masuk ke kota Ambon menandakan tingkat perekonomian semakin baik ditunjang berbagai kemudahan yang diberikan.
“Pemkot Ambon lanjutnya, tidak menargetkan investor yang akan masuk ke kota Ambon. Yang terpenting adalah bagaimana strategi untuk menghadirkan investor seuai karakteristik serta potensi daerah,” tandasnya.
Kehadiran ritel waralaba baik Indomaret maupun Alfamidi juga memberikan dampak bagi kota Ambon yakni penyerapan tenaga kerja lokal dan peningkatan investasi.(BB-DIO)