BERITABETA.COM, Jakarta – Penelitian soal perubahan iklim dan ekosistem dunia selalu gencar dilakukan. Salah satunya adalah sebuah penelitian yang menyebut bahwa perubahan iklim akan menyebabkan lautan di masa mendatang memiliki suhu yang terlalu panas.

Hal ini bahkan bisa menyebabkan 60 persen spresies ikan di seluruh dunia tidak akan mampu bertahan hidup pada tahun 2100.

Peneliti juga sebut, jika suhu laut naik hingga 5 derajat celsius, embrio dan pemijahan ikan dewasa tidak akan bisa bertahan dalam kondisi laut yang terlalu panas.

Merujuk kesepakatan perubahan iklim Paris tahun 2015, 10 persen ikan tidak akan bertahan jika suhu di laut mengalami kenaikan 1,5 derajat Celcius.

Menyikapi hal ini, peneliti dari Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI Widhya Nugroho Satrioajie membenarkan sejumlah spesies ikan tidak mampu berkembang biak dalam kondisi air yang panas. Dia berkata sejumlah spesies ikan memiliki suhu kesukaan tertentu.

“Iya benar pemanasan suhu bisa berpengaruh,” ujar Widhya seperti dikutip dari beritabeta.com dari CNNIndonesia.com, Selasa (7/7).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh LAPAN, Widhya menuturkan suhu permukaan aut di Indonesia rata-rata 28-29 Celcius. Dalam penelitian itu, dia mengatakan ada tren kenaikan 0.2 derajat per tahun.

Sedangkan suhu ideal ikan, dia menyebut tidak bisa digeneralisasi karena tergantung jadi jenisnya. Namun, dia berkata ikan pelagis seperti tuna itu yang menjadi objek penelitian.

Widhya menuturkan setiap ikan memiliki suhu kesukaan, misalnya tuna. Dia berkata tuna memiliki kesukaan suhu tidak terlalu dingin dan terlau hangat. Jika semua perairan sudah hangat, dia berkata akan mempengaruhi migrasi dan lokasi bertelur tuna.

Lebih lanjut, kata Widhya ketahanan spesies ikan juga berpengaruh dengan kemampuan setiap spesies ikan. Dia mengatakan sifat telur ikan adalah plnktonik dan tidak memiliki kemampuan berenang. Dia berkata ada beberapa tahapan telur.

“Ketika bersifat planktonik itu sangat bergantung dengan kondisi lingkungan. Ketika suhunya sangat panas dan tidak diterima (ikan), pasti akan mati,” ujar Widhya.

Di sisi lain, Widhya menuturkan suhu di laut juga memiliki kaitan erat dengan terumbu karang. Dia mengatakan terumbu karang memiki peran sentral bagi ekosistem laut, salah satunya untuk tempat tinggal sejumlah spesies ikan.

Terumbu karang, kata dia juga memiliki suhu kesukaan. Jika terlalu panas akan terjadi coral bleaching atau pemutihan karang. Dampak dari kondisi itu, ikan tidak mencari makan dan membuat sebuah kawasan laut menjadi tidak produktif.

“Sehingga (coral bleaching) mengurangi kesempatan ikan itu untuk hidup hingga bertelur. Kalau ada terumbu karang, pasti semua macam ada di situ,” ujarnya.

Widhya menambahkan spesies ikan di daerah khatulistiwa paling berpengaruh dari pemanasan suhu laut, salah satunya di Indonesia. Secara umum, dia mengatakan kondisi ikan sudah sudah berkurang karena nelayan sudah semakin jauh untuk menangkap.

Selain itu, dia berkata terumbu karang di Indonesia juga sudah berkurang kualitasnya. (BB-DIP)