"Biar pun bonus yang disediakan besar, tetapi persiapan kurang maksimal juga percuma. Di Pelatda PON XX harus diterapkan aspek fisik, strategi, teknik dan program-program terpadu. Hanya saja dengan waktu singkat apalagi di tengah pandemi Covid-19 saat ini, kemungkinan persiapan atlet Maluku tak berjalan sesuai grand strategi pembinaan dan pencapaian prestasi,"imbuhnya.                 

Di tengah keragu-raguan Pemda dan KONI Maluku menetapkan besaran jumlah bonus, Heygel lalu mengusulkan bagi peraih emas diganjar Rp.300 juta, perak Rp.200 juta dan perunggu Rp.100 juta.

"Jumlah yang saya usulkan ini terpulang keberanian Pemda dan KONI Maluku,"timpal dia.

Sebelumnya, Sandi enggan merincikan besaran jumlah bonus bagi atlet daerah ini peraih medali di PON Papua.

"Pastilah bonus itu diberikan yang penting berprestasi dulu. Utamakan bela nama daerah dulu lah," kelitnya kepada wartawan belum lama ini.

Sandi mengutarakan KONI Maluku telah mengusulkan anggaran berkisar Rp.7 miliar lebih untuk kebutuhan bonus, namun belum ada lampu hijau dari Pemda Maluku.

Alasannya kebijakan refocusing anggaran di tengah pandemi Covid-19. KONI Maluku mematok Rp.200 juta bagi peraih emas, Rp.150 juta untuk atlet yang menyabet perak, dan Rp100 juta untuk atlet peraih perunggu.

Lalu berapa bonus yang akan diterima para pelatih? Hanya saja hingga kini belum ada sikap resmi dari Pemda dan KONI Maluku, mengenai besaran bonus bagi para arsitek olahraga itu. (BB-RED)