Mungkin masih asing di telinga kita, ketika  mendengar alat musik bernama hurdy gurdy. Instrumen ini adalah nenek moyangnya piano dan organ, ditemukan oleh Banu Musa bersaudara di masa Daulah  Abbasiyah.

Bentuknya seperti kotak dengan deretan tuts - tutsnya. Kalau dipencet secara berirama, akan  terdengar syahdu, sanggup menyihir suasana berganti romantis.

Tak cukup itu, organ yang digerakkan menggunakan tenaga air, mereka hadirkan menghibur masyarakatnya. Tenaga air ini dapat memindahkan silinder secara otomatis sehingga mengeluarkan nada - nada indah penghilang penat.

Musa bersaudara juga mewujudkan impian mereka tentang peniup seruling otomatis. Inilah mesin pertama yang bisa diprogram dalam dunia musik.

Manuskrip prosedur kerja kedua alat ini tertuang dalam kitab "Sirr Al - Asrar" yang diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh Roger Bacon abad 13 M dan menjadi rujukan sampai abad 19 M bagi orang - orang Barat.

Bahwa musik memang telah ada sejak dulu. Setiap kelompok manusia yang tersebar di setiap wilayah bumi, akan membentuk cara bermusik menurut golongan sendiri - sendiri.

Namun di masa keemasan Islamlah, dunia musik mengalami era baru. Hadirnya berbagai benih alat - alat musik, warisan dari para ilmuwan dan musisi Islam ini, menjadi dasar pijakan, hingga manusia bumi dapat menikmati musik dengan segala jenis genrenya.

Musik ala Timur Tengah

Meskipun terdapat dua pendapat berbeda tentang halal dan haramnya musik berikut dalil - dalil yang shahih, tapi dalam perkembangannya, musik termasuk dalam rangkaian ilmu matematika dan filsafat. Tak heran kita menemukan nama - nama ilmuwan dan filsuf terlibat di dunia ini.

Apalagi dengan adanya dukungan dari Khalifah Muslimin kepada musisi dan penyair, dunia musik semakin menggeliat. Para alih bahasa, bertambah banyak menerjemahkan risalah musik dari bahasa Yunani ke bahasa Arab.

Dunia memang sengaja mengabadikan dengan tinta emas, Guido of Arezzo, seorang biarawan Katolik, sebagai orang pertama yang menemukan  solfege sekitar tahun 1000 M.

Apa itu solfege? Solfege itu teknik solmisasi. Sederhananya ya tangga nada do re mi itu. Kata sejarawan yang menulis ini, bunyi do re mi, berasal dari bait pertama hymne Ut Queant Laxis. Benarkah ?

Ketika peradaban Barat keluar dari masa kegelapannya menuju sebuah periode yang bermakna lahir kembali atau Renaissance, mereka menutup semua pintu masa lalu dengan membangun tembok kokoh agar tak terlihat lagi cerita kelam yang penuh trauma di negeri mereka.