BERITABETA.COM, Saparua - Madrasah Aliyah Negeri atau MAN 3 Maluku Tengah di Jalan Puncak Salaiku, Negeri Siri Sori Islam Kecamatan Saparua Timur, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, sudah 19 tahun terakhir ini tenaga pengajarnya didominasi oleh guru honorer.

Terdapat 6 guru termasuk Kepala Sekolah [Kepala MAN 3 Malteng], berstatus Aparatur Sipil Negara [ASN], dan 6 orang tenaga Tata Usaha juga berstatus ASN. Sedangkan 13 orang lainnya adalah tenaga guru yang masih berstatus honorer.

Kondisi tersebut sudah berlangsung lama, atau sejak madarsah/sekolah ini beralih status dari swasta menjadi negeri di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI] pada 2003 dengan SK Menteri Agama Nomor : 558 Tahun 2003 tentang penegerian 250 Madrasah di Indonesia.

Madrasah [sekolah] yang dulu pernah di bawah naungan Yayasan Nursaha itu hingga sekarang telah memiliki 19 orang tenaga pendidik atau guru. Namun rata-rata tenaga pendidik pada MAN 3 Malteng itu masih berstatus sebagai guru honorer.

Bahkan dari belasan guru honorer tersebut ada yang sduah mengabdi selama puluhan tahun, atau ketika sekolah tersebut masih berstatus swasta.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Kepala MAN 3 Maluku Tengah, Iwan Renwarin, saat diwawancarai oleh Beritabeta.com di Negeri Siri Sori Islam Kecamatan Saparua Timur, Kabupaten Maluku Tengah, disela-sela pihak sekolah tengah mempersiapkan ujian sekolah bagi siswa-siswi Kelas XII, Minggu, (27/03/2022).

Iwan mengaku, dari total 19 orang guru [ASN dan honor], 6 orang diantaranya termasuk Kepala MAN 3 Malteng, Bobi Papilaya, berstatus sebagai ASN sekaligus juga mengajar 104 orang siswa-siswi di madrasah tersebut.

Ia mengungkapkan, MAN 3 Malteng sampai sekarang sudah memiliki lima orang kepala sekolah atau kepala madrasah. Meski begitu, 13 orang tenaga guru honorer-nya, belum juga diangkat menjadi ASN oleh pihak Kanwil Kemenag Provinsi Maluku maupun Kantor Kemenag Kabupaten Maluku Tengah.

“Pihak MAN 3 Maluku Tengah sudah beberapa kali mengusulkan ke Kemenag agar 13 orang tenaga guru honor ini diangkat menjadi ASN. Tapi, usulan [MAN 3 Maluku Tengah], sampai sekarang belum juga direalisasikan oleh Kemenag,” ungkapnya.

Baik tenaga guru honor maupun ASN, lanjut dia, dari total 21 mata pelajaran [agama dan umum], termasuk dua mapel praktek, dipegang oleh guru honor maupun 6 guru berstatus ASN. Mereka sama-sama mengajar pada 6 kelas dengan total 104 orang peserta didik, siswa-siswi.

Iwan menerangkan, pihak Kanwil Kemenag Provinsi Maluku maupun Kantor Kemenag Kabupaten Maluku Tengah belum pernah memberikan kepastian mengenai kapan para guru honorer di MAN 3 Malteng ini diangkat menjadi ASN.

“Total ada 19 tenaga pengajar termasuk pak Kepala MAN 3 Malteng juga turut mengajar, begitu juga 13 orang guru honor tersebut mereka pun mengajar di 6 kelas,” terangnya.

Dari 19 mata pelajaran beberapa orang guru ada yang pegang atau mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Menariknya, dari 13 orang guru honor pada sekolah agama Islam ini, tiga orang notabenenya adalah guru beragama Kristen.

“Dua orang guru honor dari Negeri Ulath, dan satu orang dari Negeri Siri Sori Serani/Amalatu. Ada yang mengajar mata pelajar Geografi, Ekonomi dan Bahasa Indonesia,” beber Iwan.

Ia mengaku, diantara 13 orang guru honor pada MAN 3 Malteng itu, ada tenaga honor yang sudah mengabdi puluhan tahun. Meski begitu [tenaga honor] tersebut belum juga diangkat menjadi ASN.

Pihak MAN 3 Malteng berharap, Kanwil Kemenag Maluku maupun Kantor Kemenag Kabupaten Maluku Tengah, agar memperjuangkan nasib 13 orang tenaga guru honor pada MAN 3 Malteng tersebut agar dapat diangkat menjadi ASN.

“Kalau tidak dapat diangkat menjadi ASN, minimal Kemenag mengangkat para tenaga guru honorer ini menjadi tenaga PPPK,” harap Iwan Renwarin.  (BB)

 

Editor : Samad Vanath Sallatalohy