Seperti yang dilakukan Ruati Tuasikal selama pandemi Covid-19. Sejak pandemi corona terjadi di Maluku, Ruati acap kali  terlihat  meluangkan waktu untuk menanam ubi jalar di lahan kosong.

Mereka juga ikut mengajak masyarakat untuk bertani di masa pandemi yang serba sulit. Hasil dari aktivitas menanam itu lantas dibagikan ke masyarakat yang ada di desa-desa di wilayah tersebut.

“Awalnya saya mengajak ibu, saya bilang di tengah pandemi ini sebaiknya mari kita berkebun untuk membantu masyarakat, dan ternyata diterima,” kata Abua beberapa waktu lalu.

Setelah keduanya sepakat untuk berkebun, mulailah mereka mendiskusikan jenis tanaman apa yang akan ditanami. Sesuai hasil diskusi, pilihannya jatuh untuk menanam ubi jalar atau oleh masyarakat Maluku disebut patatas.

Abua menuturkan, langkah awal, ia dan istrinya kemudian mengajak beberapa masyarakat untuk ikut terlibat dalam penanaman ubi jalar. Mereka kemudian memanfaatkan lahan kosong di Maluku Tengah untuk dijadikan lokasi penanaman ubi jalar.

TP PKK Maluku Tengah

“Jadi, kami berdayakan masyarakat juga. Ada lahan masyarakat yang kami pakai juga, ada lahan pemda juga yang kami manfaatkan,” ujar dia.

Seteli tiga uang dengan Ruati, Joan Raturandang /Leleury juga kerap melakukan hal yang sama. Joan bahkan sempat  tampil sebagai  motivator sekaligus pencetus gerakan inovasi pembangunan.

Salah satu kegiatan yang pernah dilakukan adalah menggelar fasion show baju khas adat Maluku di negeri Belanda. Hasil desain busana adat Maluku karya Joan Raturandang ikut dikenakan kepada warga Belanda keturnan Maluku di Fashion Show, Belanda.

Joan memang bukan orang baru di dunia desain. Ia sekian lama sudah berkarya menjadi desainer dalam dunia fashion, Joan, akhirnya kembali berkiprah dengan mengasah kemampuannya di dunia modeling.

Sebelumnya,  diakui Joan, dirinya pernah membuat event serupa di 3 negara berbeda.

“Saya pernah buat show di Amerika, tepatnya di Los Angeles dan Washington, Australia (Melbourne) dan New Zealand. Tapi waktu itu khusus pakaian perkawinan adat Minahasa,” Kata Joan.

“Sekarang, baru pertama kali ini saya buat untuk  Maluku. Sebab sudah saatnya mengangkat nama Maluku di kancah international. Karena sekarang saya sudah di Maluku tengah. Nah, harus angkat seni/budaya Maluku,” papar Joan.