Kisah AURI Membungkam Radio RMS di Ambon

Terus, bagaimana, dong. “Ya, sudah, kita lemparkan drum yang sudah diisi bensin saja,” saran Noordraven kepada Ismail. Teknik ini diketahui Noordraven pernah digunakan Rusia kala menyerang Jepang. “Prinsipnya seperti bom napalm.” Teorinya, begitu drum menyentuh sasaran, Ismail yang terbang lebih rendah, akan menembak dengan peluru mengandung fosfor (brandstichtend patronen). Dalam buku Sejarah Skadron 1/Pembom TNI AU 1950-1977, Ismail menulis, “… menghargai kepercayaan yang diberikan kepadanya alas kemahirannya menembak”. Latihan dilaksanakan sekali untuk mempertebal keyakinan para awak.
Subuh, 4 Agustus. Waktu menunjukkan pukul 06.00 Wita. Dua B-25 registrasi M-439 dan M-460 jenisstrafferdisiapkan. Awak melakukan persiapan terakhir untuk memastikan pesawat ready to take off. Sebuah drum berisi bensin penuh, dimasukkan ke dalam bomb bay. Delapan senapan mesin kaliber 12,7 mm di hidung dan empat di sisi kiri-kanan siap menyalak.
Sekitar jam 06.45, enam bilah baling-baling mulai memutar dua mesin Wright R-2600-92 Cyclone. Pesawat yang prototipenya diterbangkan pilot-uji North American Paul Balfour di Kalifornia, Januari 1939, mulai dimasukki awak satu per satu. M-439 diterbangkan Kapten PG0 Noordraven dengan ko-pilot Letnan Sutopo, Lesyu (teknisi), dan Sersan Udara Hasibuan (radio telegrafis). Sementara M-460 diterbangkan Letnan RJ Ismail dengan ko-pilot Letnan Patah. Awaknya, Sersan Udara Z Pelmelay (teknisi) dan Sersan Mayor Udara Agus (radio telegrafis).
Mesin M-439 berputar semakin kencang. Kabut tipis masih menyelimuti landasan. Tepat jam 07.00 Wita, mesin yang masing-masing berkekuatan 1.700 tenaga kuda mendorong pesawat meninggalkan landasan Kendari dengan tenaga penuh. Selang sekian detik, disusul M-460. Mengambil heading ke selatan, pesawat terus menanjak hingga ketinggian 5.000 kaki. Sambil terbang side by side, Noordraven terus mengatur penyerangan sebelum mencapai persis di atas target (Time Over Target). Tidak ada kejadian apa-apa selama perjalanan.
Satu jam penerbangan, pulau Ambon terlihat. Pesawat yang diproduksi mencapai 11.000 itu, perlahan-lahan menurunkan ketinggian hingga 1.000 kaki. Dart arah selatan kota Ambon yang berbukit-bukit, kedua pesawat mulai mengatur “pendadakan”.
Pada detik-detik menegangkan itu, saat pesawat mendekati sasaran, dari sisi barat samar-samar terlihat asap membumbung ke angkasa. Dalam bahasa perang, berarti tanda bahaya. Bagi Noordraven dan Ismail, berarti kecolongan. Kita ketahuan,” kata Noordraven. Namun sebagai leader, Noordraven berpikir cepat dan segera memutuskan penyerangan harus dilakukan dari arah barat.