BERITABETA.COM, Namlea – Sudah umum rasanya jika dalam pelaksanaan lelang proyek-proyek pemerintah terdapat ‘Tender Arisan’, dimana paket yang tersedia dibagi-bagi diantara peserta lelang.

Praktek ini menjadi sumber korupsi yang mengganggu hajat hidup orang banyak. ‘Tender Arisan’ ini diduga juga terjadi pada proyek Pembangunan Bendungan Waeapo di Kabupaten Buru, Provinsi Maluku.

Padahal, salah satu fokus Pemerintah Jokowi pada periode lalu adalah pembangunan infrastruktur terutama pada pengelolaan sumber daya air.  Maluku juga kebagian kue pembangunan tersebut dengan biaya jumbo yakni sebesar Rp.2,1  triliun. Nilai itu setara dengan 62,2%  APBD Maluku 2020 yang nilainya mencapai Rp. 3,3 Triliun lebih.

Dugaan ini disampaikan Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Sipil (FKMS), Sutikno melalui emailnya, Senin (3/8/2020) yang menyebutkan mega Proyek Pembangunan Bendungan Waeapo terancam mangkrak.

“Proyek ini sejak awal Janurai 2018 sewaktu dilakukan penandatangan kontrak, sampai saat ini progres pekerjaan tidak sampai 10%. Sudah 2,5 tahun baru segitu pekerjaan jelas ada masalah pada proyek ini” ujarnya

Lebih jauh aktivis yang pernah 2 tahun tinggal di bumi Bupolo ini menyatakan bahwa pembangunan bendungan dilakukan untuk pengelolaan sumber daya air, terdapat 4 tahapan pembangunan.

“Pertama-tama  dilakukan persiapan pembangunan, perencanaan pembangunan, pelaksanaan kontruksi dan yang terakhir pengisisan awal waduk. Saat ini untuk Bendungan Waeapo masuk dalam tahapan kontruksi waduk,” urainya.

FKMS mengklaim bahwa data yang mereka miliki menjelaskan terdapat perbedaan antara tahapan perencanaan dengan tahapan kontruksi dimana ini berakibat fatal.

Dalam perencaaan yang dilakukan oleh PT ABCO Consultan yang dikutip oleh sebagai tugas akhir redesain Bendungan Waeapo,  karya Ahmad Dwi Cahyadi,Cs. Jurusan S1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyatakan, bahwa dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh curah hujan rencana sebesar 895.76 mm.

Debit rencana periode ulang PMF sebesar 5959,9 m3 /detik, dengan kapasitas tampungan efektif sebesar 10,241,211.48 m3 dan dengan debit andalan rata-rata sebesar 10,05 m3 /detik.

Kebutuhan air baku sebesar 0,2162 m3 /detik , kebutuhan PLTA sebesar 0,4 m3 /detik dan kebutuhan irigasi dengan luas sawah yang terairi sebesar 7600 ha telah terpenuhi atau tercukupi.