BERITABETA.COM, Jakarta – Gelombang ‘tsunami’ Covid-19 terus menghantam  India, warga India  panik dan mendatangi rumah sakit (RS) setiap merasa sakit. Jumlah kematian karena Covid-19 di India kini semakin mendekati angka 200.000. Banyak rumah sakit sudah kewalahan tidak sanggup merawat pasien karena kehabisan tempat tidur dan suplai oksigen medis.

India dikabarkan kini mengidentifikasi varian Corona baru dengan tiga mutasi atau 'triple mutation'.

Para pakar setempat meyakini Corona India yang dinamakan B1618 ini bisa lolos dari pendeteksian tes Corona melalui PCR. Jika benar demikian, tentu saja hal ini memicu kondisi semakin tak terkendali saat kasus baru COVID-19 di India terus mencetak rekor dunia per harinya.

Dikutip dari Jagran English, varian Corona India B1618 ini rupanya turunan dari varian Corona B1617 yang belakangan dikhawatirkan.

Sementara B1617 memiliki mutasi E484Q dan L452R yang disebut mampu melawan antibodi pasca vaksinasi Corona. Maka dari itu, Corona B1618 juga diyakini memiliki kemampuan yang sama bahkan lebih dari itu.

"Karena virus menyebar dalam kecepatan waktu yang mengkhawatirkan, ada kemungkinan amat besar kami masih akan menemukan banyak varian lain dalam populasi kami. Beberapa dari varian ini menular (menyebar) lebih cepat, atau dengan tingkat keparahan dan lolos dari vaksin yang lebih besar," ujar penanggung jawab laboratorium virologi klinis, Institut Ilmu Kedokteran Amrita, Kochi, dr Veena P Menon. Seberapa berbahaya?

Sejauh ini, para peneliti menyebut Corona B1618 memiliki tingkat transmisi atau penularan virus yang sangat cepat, sama seperti varian mutan ganda Corona India B1617.

Namun, peneliti di Council of Scientific and Industrial Research's Institute of Genomic and Integrative Biology (CSIR-IGB) di New Delhi, Vinod Scaria menjelaskan angka kematian akibat Corona B1618 perlu ditelaah lebih lanjut dalam penelitian di laboratorium.

"Ini adalah varian yang lebih menular. Ini membuat banyak orang sakit dalam hitungan waktu sangat cepat. Kami harus terus-menerus meneliti vaksin. Kami perlu memahami penyakitnya."ungkapnya.

Pada saat yang sama, berbagai negara termasuk Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat (AS) menjanjikan bantuan medis untuk mencoba mengatasi keadaan darurat yang melanda rumah sakit di India.

“Situasi di negara terpadat kedua di dunia ini sangat memilukan," ungkap kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Tedros menambahkan bahwa WHO mengirimkan staf dan pasokan tambahan termasuk perangkat konsentrator oksigen.

Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi, Kepala Staf Pertahanan Jenderal Bipin Rawat mengatakan oksigen akan dikirim ke rumah sakit dari cadangan angkatan bersenjata dan personel medis militer yang telah pensiun akan bergabung dengan fasilitas kesehatan Covid-19.

“Jika memungkinkan, infrastruktur medis militer akan tersedia untuk warga sipil,” papar pernyataan pemerintah India saat infeksi virus corona mencapai rekor puncak untuk hari kelima.

“Udara, Rel, Jalan dan Laut; Langit dan bumi sedang digerakkan untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh gelombang Covid-19 ini,” papar Menteri Kesehatan India Harsh Vardhan di Twitter.

Modi mengatakan dia telah berbicara dengan Presiden AS Joe Biden tentang krisis tersebut, membahas rantai pasokan untuk bahan baku dan obat-obatan vaksin COVID-19.

Pada Minggu, Biden mengatakan negaranya akan mengirim pasokan medis ke India untuk membantu memerangi pandemi.

Modi telah mendesak semua warga untuk mendapatkan vaksinasi dan berhati-hati di tengah apa yang dia sebut sebagai "badai" infeksi, sementara rumah sakit dan dokter di beberapa negara bagian utara memasang pemberitahuan mendesak yang mengatakan mereka tidak dapat mengatasi arus masuk pasien.

Longgarnya Prokes

Sementara di Jakarta, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut adanya kelalaian masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan yang memicu lonjakan kasus Covid-19.

Menurutnya, hal itu berkaca pada tsunami Covid-19 di India yang dianggap memilukan.

Menkes Budi menyampaikannya saat memperingati Hari Malaria Sedunia 2021. Menurut Menkes, penerapan protokol kesehatan yang abai memicu lonjakan kasus tak terkendali sehingga rumah sakit tak mampu menampung pasien Covid-19.

"Akibat kelalaian pimpinan-pimpinan daerahnya yang terlalu menganggap sepele penularan yang lupa menerapkan protokol kesehatan, akibatnya sangat fatal. 350 ribu per hari (di India), naik dari jumlah 5 ribu per hari. Kalau pakai hitung-hitungan kasar, 20 persennya masuk rumah sakit. 350 ribu perhari, 70 ribu masuk rumah sakit," kata Menkes dalam konferensi pers secara virtual, Selasa 27 April 2021.

Lebih lanjut, Menkes menyebut program vaksinasi di India tercatat memiliki laju yang cukup tinggi. Sayangnya, hal itu tak diimbangi dengan kasus protokol kesehatan yang ketat.

Menkes menjelaskan penanganan tersebut juga serupa pada kasus malaria, termasuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sebab, Covid-19, TBC, dan malaria termasuk dalam penyakit menular yang masih melanda di Tanah Air.

"Setiap penyakit menular itu membutuhkan perubahan atau implementasi dari protokol kesehatan. Protokol kesehatan ini harus dilakukan oleh seluruh rakyat di daerah, di mana terjadi penyakit menular," ujarnya (BB-RED)