Ibu, Mari Mengeja Kembali Cinta Allah
Bersyukurlah kita yang masih mempunyai hak penuh atas putri - putri kita sepanjang belum terikat pernikahan. Tangan - tangan kokoh kedua orang tua adalah malaikat penyelamat ketika mereka berada di tepi tebing kegelapan.
Berbeda dengan di sini. Setiap anak di negeri Barat saat berusia 18 tahun, akan mendapatkan hak penuh untuk menentukan jalan hidupnya.
Sebuah momen dimana mereka boleh merasakan hubungan dua orang dewasa untuk pertama kalinya.Tak ada lagi hak orang tua. Hak itu telah sampai di garis batas.
Aku teringat peristiwa dua tahun lalu sebelum masa pandemi.
Bunyi handphone di atas meja terus saja memanggilku. Agak malas aku mengangkatnya setelah melihat siapa yang menelepon.
Kupaksakan juga menjawab, "Ya". Isak tangis sesenggukan bak air bah langsung ditumpahkan sekaligus dari seberang sana. Kaget bercampur panik , kukira ada yang meninggal.Ternyata putrinya berulah lagi. Kutarik nafas sebentar.
Putrinya ini dibesarkan mengikuti tradisi Barat. " Aku takkan pernah melarangnya jika itu membuatnya Bahagia, " begitu kata ibunya setiap kali diingatkan.
Rumahnya tak jauh dari rumah kami. Butuh waktu 10 menit jalan kaki. Sesama Muslim biasalah saling support.
Akhirnya kutekan juga bel di pintu rumahnya. Ia menghambur ke arahku, betul - betul terpukul. Bagaimana tidak ? Ia mendapati putrinya sedang melakukan hubungan intim sejenis di kamarnya. Di dalam rumahnya sendiri!
Berlari ia menuruni tangga. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Sekarang ia terpenjara dalam ketidakberdayaan. Jika menentang, termasuk diskriminasi. Hubungan ini diakui negara.
Aku terdiam. Melihat cara dia membesarkan putrinya, aku bisa menduga seperti ahli nujum, ke mana muara garis takdir itu. Ibarat plot twist dalam drama. Kisah mereka menukik tajam menghunjam tanah.
Sangat jelas, setegas berbedanya warna hitam dan putih. Seperti minyak dituang ke dalam air. Tak akan pernah menyatu.
Begitulah peradaban yang sedang diberi jatah memegang kendali dunia saat ini, bila disandingkan dengan peradaban yang dititipkan Allah SWT kepada Rasul-Nya dan para sahabat hingga generasi Muslim sekarang.
Seumpama jarak langit dan bumi. Cerita ke dua putri dari kalangan masyarakat biasa ini tentu berbeda dengan kisah sang putri di balik tembok istana.
Wajahnya cantik, persis ayahnya, sang Raja dari negeri Kincir. Princess Catharina - Amalia.
7 Desember lalu, princess Amalia, menginjak usia 18. Dari titik ini, sang putri akan mendapat perhatian ekstra. Antrian list peraturan dan setumpuk pekerjaan, sedang menunggunya.
Digandeng ayahnya dalam pertemuan parlemen, ia menjelma menjadi wanita dewasa. Sang putri kini resmi menjadi calon pemegang tahta orange.
Ini berarti, dari cara berpakaian hingga kepada siapa cintanya dilabuhkan, tak boleh lepas dari aturan yang mengikat.