BERITABETA.COM, Ambon – Kota Ambon dinilai masih memiliki banyak masalah krusial yang dianggap menjadi beban pemerintah di masa mendatang. Salah satu yang  pelik adalah masalah ekonomi warga Kota Ambon yang memerlukan sentuhan dari pemerintah secara serius.

Hal ini merupakan salah satu perhatian yang akan dibenahi oleh pasangan calon (Paslon) Wali Kota  Ambon, Jantje Wenno bersama Syarif Bakri Asyathri.

Pasangan Calon Wali Kota Ambon dan Wakil Wali Kota Ambon yang mengusung tagline ‘Bikin Bae Dapa Bae’ ini menilai seabrak persoalan yang terjadi di Kota Ambon saat ini, hanya bisa diselesaikan dengan komitmen yang kuat dari pemimpin di masa mendatang.

“Membangun kota berjuluk manise ini memang tidak mudah seperti membalik telapak tangan. Banyak persoalan kompleks di Kota Ambon, namun tidak berimbang dengan kemampuan keuangan daerah ini. Dan untuk itu, kami menilai dibutuhkan strategi pembangunan kota dari seorang kepala daerah yang visioner,” ungkap Jantje Wenno kepada media ini.

Politisi Partai Perindo ini mengaku telah melakukan identifikasi terhadap semua masalah yang ada di kota ini. Misalnya, terbatasnya lapangan pekerjaan, pengangguran dan kemiskinan yang semakin tinggi.

“Masalah-masalah ini harus dijawab dengan kebijakan dari pemerintah yang pro rakyat. Dan kami berkomitmen APBD Kota Ambon nantinya, akan lebih mengutamakan soal pemberadyaan masyarakat,” pungkas Wenno.

Menurut Wenno, salah satu solusi yang akan dilakukan adalah, memperkuat peran  UMKM.  UMKM harus tumbuh menjadi salah satu pilar yang menopang lajunya ekonomi warga kota.

“Jadi kita tidak semata-mata kejar PAD. Memang PAD itu penting, tetapi itu bukan jadi prioritas saya nantinya, karena itu akan memberatkan pelaku usaha. Sementara mereka itulah yang harus dikembangkan," urainya.

Disamping fokus program yang harus diarahkan untuk kepentingan rakyat, Wenno menilai sikap pemimpin di Kota Ambon harus jauh dari praktek-praktek usang yang menguntungkan pribadi.

Makanya, kata dia, kedepan untuk urusan proyek-proyek, harusnya prosesnya dilakukan secara transparan dan tidak boleh ada namnya fee, karena ini membebani pihak ketiga (kontraktor) dan akhirnya berefak pada hasil kerja di lapangan.

“Kalau Tuhan mengijinkannya menjadi Wali Kota Ambon, saya pastikan keluarga tidak akan mencampuri urusan pemerintahan.  Saya telah berkomitmen ingin menjadi Wali Kota yang berprofesi sebagai pelayan, untuk melayani seluruh warga kota Ambon,” tandasnya.

Wenno menambahkan, sikap ini telah dituangkan dalam narasi-narasi yang diusung misalnya, “Saatnya Ambon Naik Kelas” yang dinilai menjadi pesan motivasi yang harus diperjuangkan bersama warga Kota Ambon di masa mendatang (*)

Editor : dhino.p