Agni pun memutuskan menginap. Kala itu, tersisa tiga orang di pondokan tersebut yaitu HS (inisial) dan dua pemuda desa. Namun, selang beberapa saat setelah hujan reda, kedua pemuda desa pulang ke rumah masing-masing.

Setelah pemuda desa pulang, HS pun mempersilakan Agni beristirahat di kamar. Di rumah tersebut hanya ada satu kamar yang disediakan untuk mahasiswa KKN. Terbatasnya tempat dan segala kondisi di luar membuat Agni dan HS pun tidur satu kamar dengan posisi tidur yang berjauhan.

Dini hari Agni terbangun karena merasa gerah. Masih dengan mata terpejam, ia merasakan tangan HS memeluk tubuhnya. Setelah itu, HS mulai menjalankan aksinya.  Agni masih memejamkan mata, memutuskan untuk pura-pura tidur dan berharap pelaku segera menghentikan perbuatannya. Agni mengatakan bahwa ia takut bila berteriak warga yang datang justru menilai bahwa kejadian tersebut memang dikehendakinya.

Agni sempat membalikkan badan menjauhi HS, tetapi HS menarik badannya hingga telentang kembali dan mengulangi perbuatannya. Pelaku menyingkap baju Agni dan menyentuh tubuh Agni.

Tidak berhenti di sana, HS terus beraksi dengan menyentuh bagian-bagian sensitive korban. Pada titik di mana Agni merasakan sakit dia bagian alat vitalnya, ia akhirnya memberanikan diri untuk bangun dan mendorong HS menjauhi dirinya.

“Saat itu aku tidak mampu berkata-kata. Aku hanya tanya ‘kamu ngapain?’ dengan nada sedikit tinggi, padahal sebenarnya aku sangat marah,” terang Agni sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

Esok harinya Agni memutuskan untuk menghubungi temannya yang di Jogja untuk bercerita karena merasa gelisah. Teman Agni lantas menyuruhnya untuk melaporkan pelaku kepada Koordinator Mahasiswa Subunit (Kormasit), Koordinator Mahasiswa Unit (Kormanit), dan Dosen Pendamping Lapangan (DPL).

Agni ragu, takut teman-temannya tidak percaya dan justru menyalahkannya. Namun akhirnya, teman Agni segera menghubungi beberapa anggota subunit Agni dan menceritakan kejadian tersebut.

Tak butuh waktu lama sampai kejadian tersebut diketahui seluruh anggota subunit. Mereka pun sepakat melaporkan HS kepada Adam Pamudji Rahardjo, DPL mereka. Teman-temannya meminta HS mengakui perbuatannya melalui telepon kepada Adam. Lewat pengeras suara, Agni mendengar percakapan mereka dan merasa bahwa cerita yang disampaikan HS kepada Adam kurang sesuai dengan yang terjadi sesungguhnya.

HS hanya mengatakan bahwa ia khilaf meraba dan memainkan bagian tubuh Agni, tanpa menyebutkan bahwa tindakan itu dilakukan tanpa izin.