Industri migas umumnya melakukan pengembangan kapasitas rancang bangun secara bertahap, 20 – 30 persen lebih tinggi dari kapasitas sebelumnya. Industri LNG darat juga begitu, pengembangan kapasitasnya dilakukan secara bertahap dengan hati-hati.

Rasanya belum hilang dari ingatan kita bagaimana unit RFCC Pertamina Balongan dikembangkan dengan kapasitas 200 persen dari unit RFCC serupa yang ada dan berujung pada berbagai masalah teknis dan operasional.

Kedua, biaya proyek FLNG Masela. Entah disengaja, atau karena ketidaktahuan atau karena kekhilafan, yang saat ini beredar di media, termasuk juga media internasional berbahasa Inggris adalah bahwa “biaya Kilang LNG darat Masela yang 20 Miliar dolar Amerika itu 5 Miliar dolar lebih mahal dibanding biaya FLNG Masela yang 15 Miliar dolar Amerika”.

Mari sedikit kita telisik darimana angka 20, 5 dan 15 itu muncul. Angka 20 Miliar dolar Amerika itu angka resmi dari POD (Plan of Development) LNG darat Masela dengan kapasitas 9.5 juta ton/tahun yang disampaikan oleh Inpex dan disetujui oleh SKK Migas, tahun 2019.

Angka 15 Miliar dolar Amerika itu angka resmi dari POD (Plan of Development) FLNG Masela dengan kapasitas 7.5 juta ton/tahun yang disampaikan oleh Inpex dan disetujui oleh SKK Migas, tahun 2016.

Jadi, tentunya ada selisih 5 Miliar dolar, yakni  20 Miliar dolar  dikurang 15 Miliar dolar. Jadi LNG Darat Masela 5 Miliar dolar Amerika lebih mahal dari LNG Laut/Terapung Masela. Gampang, sederhana, jelas dan... salah..!