Ditemui beritabeta.com di rumahnya pada Rabu (25/08/2021), Ongki mengaku, telah mengayuh becak selama 16 tahun (2005-2021), atau sejak lulus SMA.

Anak perempuannya, Nia Arloy (16) setelah lulus SMA tidak ingin melanjutkan untuk kuliah karena tak punya biaya, sehingga memilih untuk melamar pekerjaan di Kota Tual. Ongki pun kini tinggal sendiri.

Meski kondisinya tengah sakit, namun Ongki tetap memaksakan diri untuk mengayuh becak demi kebutuhan hidup sehari-hari. Ia hanya bisa pasrah dengan keadaannya saat ini.

Penghasilan sehari-hari dari mengayuh becak tidak cukup untuk kebutuhan hidup. Terkadang, dari pagi hingga petang (mengayuh becak), Ongki hanya dapat Rp45 ribu, dan paling banyak Rp50 ribu. Sebab pada pukul 17.00 WIT, penumpang sudah sepi.

"Saya sangat merasakan dampak Corona. Kadang jika tidak ada penumpang, saya pungut gelas air mineral dan besi bekas untuk dijual. Jika diperkirakan sudah sampai 50 ribu baru dijual untuk membeli beras, dan kebutuhan lainnya," ungkap Ongki menceritakan kisah hidupnya.

Diakuinya selama 16 tahun menjadi tukang becak di Ambon, baru pernah dia dan anaknya mengalami kondisi ekonomi lebih parah di masa pandemic Covid-19. Banyak penumpang yang biasa menjadi langganannya, kini sudah tak lagi menggunakan jasanya.

"Jujur selama beta jadi tukang becak di Ambon, baru pernah beta rasakan dampak ekonomi yang sulit seperti ini. Mau bagimana lagi, namanya juga hidup, beta harus tetap jalani pekerjaan ini," keluh Ongki.

Apalagi, penerapan PPKM ditambah peraturan terkait lainnya lalu warga diwajibkan untuk ikut vaksinasi. Hal itu membuat dirinya takut.