BERITABETA.COM,  Namlea -  Aliansi Peduli Lingkungan [APL] dan Parlemen Jalanan mengungkap telah terjadi pencemaran di lokasi tambang ilegal Gunung Botak.

Kedua pihak ini meminta aparat Kepolisian dan TNI dibawah kendali Kapolda Maluku dan Pangdam XVI Pattimura untuk berkoordinasi dengan Gubernur Maluku agar dapat Dilakukan penertiban kawasan tambang ilegal di Kabupaten Buru itu.

Hal itu diungkap APL dan Parlemen Jalanan dalam surat pernyataan tertulis tertanggal 26 Januari lalu yang diteken Alfian Tan dan Rusman Arif Soamole dan Rais Bilatu.

Parlemen Jalanan yang diketuai Rusman Arif Soamole alias Ucok mengungkap, telah terjadi pencemaran lingkungan akibat pengolahan emas dengan menggunakan Bahan Berbahaya dan Beracun [B3].

Ucok membeberkan pencemaran akibat menggunakan B3 telah terjadi di Anahoni, Wasboli dan Sampeno.  Sedangkan penggunaan B3 di lokasi rendaman dan domping di puncak Gunung Botak yang juga merusak lingkungan pegunungan tidak mereka sebutkan.

Tuntutan ini juga pernah disuarakan dalam aksi demo. Surat pernyataan sebanyak dua lembar dan bukti video aksi demo Ucok dan kakawan-kawan berdurasi satu menit berlangsung di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buru tanggal 27 Januari.

Video aksi demo itu kini menjadi viral dibagikan di  media sosial WhatApp pasca terjadi  insiden penembakan dan pembunuhan PETI di Gunung Botak tanggal 29-30 Januari lalu.

Surat pernyataan sikap itu berisi 11 butir pernyataan. APL menandaskan, berdasarkan fakta lapangan,   maraknya aktifitas pengolahan emas yang menggunakan bahan kimia B3, telah menimbulkan pencemaran lingkungan yang sangat mengkhawatirkan dan mengancam kehidupan masyarakat sebagaimana yang termaktub dalam peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 2021 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Olehnya itu, APL  meminta kepada Pemerintah Kabupaten Buru dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buru agar bertanggung jawab atas terjadinya pencemaran lingkungan di areal pertambangan ilegal Gunung Botak.

Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Buru juga didesak agar mengambil langkah tegas atas terjadinya pertambangan ilegal di Gunung Botak yang telah mengakibatkan pencemaran dan pengerusakan lingkungan.

Ucok dkk juga meminta kepada Gubernur Maluku agar berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk mengalokasikan dana khusus untuk pengamanan dan pembersihan Gunung Botak.

Mereka juga mendesak Gubernur Maluku dan pemerintah agar segera mempercepat perizinan Wilayah pertambangan rakyat (WPR) kepada masyarakat Adat (Soar Pito, Soar Pa) supaya dapat bekerja secara legal dan ramah lingkungan.

Tak lupa pula, Ucok membela Kapolres Pulau Buru atas aksi demo di Ambon dan Jakarta yang menyudutkan Kapolres, karena disebut tidak terlibat memback-up PETI di Gunung Botak.

Mereka juga meminta agar Polri dan Mapolres Pulau Buru untuk menangkap dan sesegera mungkin memproses sesuai hukum dan aturan yang berlaku kepada para pelaku dan donator yang memback-up dan pekerja rendaman yang ada pada areal Daerah Aliran Sungai [DAS] Anahoni, areal sekitar Wasboli dan areal Sampeno yang diduga kuat menggunakan B3.

Ucok dkk turut mendesak Kapolres Pulau Buru untuk menangkap dan memproses beberapa oknum yang diduga terlibat menggarap Gunung Botak dan juga sebagai pembeli emas.

Untuk maksud tersebut, Ucok dkk menyertakan dokumentasi terlampir, yaitu berupa foto-foto. Namun anehnya, salah satu oknum peman tambbang kelas kakap di GB bernama Haji Komarudin sebaliknya dibela Ucok dkk

"Jangan cuma mengicambing hitamkan salah satu pengusaha dalam hal ini H. Komarudin, karena beliau adalah salah satu pengusaha dan bersama masyarakat adat yang memperjuangkan Regulasi Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR),"tangkis Ucok dkk.

Ucok dkk juga menggertak, apabila tuntutan mereka tidak ditindak lanjuti, maka akan melayangkan surat terbuka kepada Presiden Republik Indonesia, Kapolri dan Panglima TNI di Jakarta.

Sementara itu, hasil pantauan hari ini di seputaran lokasi tambang emas ilegal Gunung Botak, masih terlihat ribuan tenda biru di kawasan puncak. Banyak tenda yang belum berpenghuni dan hanya segelintir orang yang mencoba kembali paska insiden penembakan dan pembunuhan.

Yang sangat ramai nampak di kali Anahoni. Banyak truk yang masuk keluar mengangkut pasir emas untuk dibawa ke tempat rendaman dan tongvdi lokasi lain. Banyak orang yang bekerja mengetuk pasir emas untuk dinaikan ke truk (*)

Pewarta : Abd. Rasyid T