Alasannya, karena basisnya sama. Tergantung usungan program kerja dan tokoh kunci yang bisa menjadi magnet untuk partai.

Namun yang digaris bawahinya adalah jika partai lama tidak menjawab kebutuhan masyarakat, secara otomatis konsekwensi yang diterima adalah kehilangan kepercayaan dari masyarakat (basis pemilih).

Ali menyarankan parpol baru harus mampu membaca kegelisahan masyarakat itu. Jika hal tersebut dilakukan maka akan lahir trust (kepercayaan) yang bisa menjadi modal elektoral untuk bersaing dengan partai lama yang sama-sama berazaskan agama.

“Hanya memang tantangan saat ini edukasi masyarakat agar melek politik. Tentu ini menjadi pekerjaan besar yang harus digalakkan oleh parpol baru dengan rutin memberikan pendidikan politik bagi msayarakat. Sehingga pragmatisme bisa sedikit berkurang,” ungkapnya.

Khusus Partai Ummat yang didriver Amin Rais dan Partai Masyumi Baru di bawah komando Ahmad Yani, sejauhmana pengaruh dua tokoh ini terhadap PAN dan PPP serta parpol lain yang berazaskan agama?

Ali menilai, sosok Amin Rais punya nama besar. Dimana sebagian pengurus partai Ummat adalah kader militan dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang mengikuti jejak Amin Rais dan kini bergabung di partai Ummat.

“Ada pengaruh pasti. Tetapi itu harus dibuktikan dengan kerja lapangan yang bisa menjawab persoalan warga,” timpal dia.

Kalau sosok Ahmad Yani selaku pimpinan Partai Masyumi Reborn, menurut Ali, figure Ahmad Yani posisinya bukan tokoh kunci seperti Amin Rais.

“Beliau (Ahmad Yani) memiliki pengaruh tidak begitu signifikan di intenal PPP, namun tetap menjadi pelemahan. Sehingga PPP harus melakukan langkah-langkah strategis untuk menjawab tantangan eksternal,” kata Ali.