Kisah kunjungan Presiden Soekarno itu, sampai detik ini masih diabadikan lewat sejumlah dokumentasi. Terutama saat orang nomor satu disambut di Pelabuhan Geser, berbaur dengan warga Suku Bati  dan saat berada di atas panggung menyampaikan pidato di lapangan Geser.

Terkenal Sejak Zaman Majapahit

Geser sendiri merupakan pulau terapung, pulau kecil yang berada di tengah Laut Banda. Nama Pulau Geser cukup terkenal di Maluku maupun di Indonesia lantaran banyak faktor strategis mulai dari faktor geografis, demografis, sampai dengan sejarah perdagangan ke Indonesia.

Pulau Geser sejak dulu sudah tersohor. Konon di zaman Kerajaan Majapahit, pulau ini ikut menjadi incaran. Kerajaan Majapahit saat itu berkeinginan untuk menaklukkan Kerajaan Seram khususnya Seram Timur. Namun sampai dengan runtuhnya Kerjaan Majapahit tahun ± 1500 Masehi, Kerajaan Seram tidak berhasil ditaklukkan.

Seperti dikisahkan Saleh Lahmady dalam catatan sejarah Pulau Geser, disebutkan  di masa Kerajaan Majapahit (1293-1500 M), dahulu Terdapat beberapa kerajaan kecil yang kemudian bersatu dengan nama kerajaan Seram Timur.

Dalam Kitab Negarakertagama tahun (1287-1365 M) yang ditulis oleh Dang Acarya Nadendra, (prapanca) bekas pembesar urusan Agama Buhda diistana Majapahit juga menyinggung keberadaan Kerajaan Seram Timur yang ikut menjadi ancaman kokohnya Kerajaan Majapahit.

Salah satu catatan penting dalam buku itu berbunyi : “Ikan saka sanusanusa makhasar butun/bangawi, kunir ggaliyau mwan i salaya sumba solot/muar, muahh tikhan i wandan ambawa athawa maloko wwanin, ri seran, timur makadinin aneka nusatutur,”

Yang Artinya : Pulau-pulau Makassar, Buton/Bangawi, Kuning, Galian, serta Selayar, Sumba, Solot/Muar. Lagi pula Wandan, Ambon atau Maluku, Wanin, Seram, Timur dan beberapa lagi pulau-pula lain.

Teks dari kitab diatas merupakan bukti nyata yang menjelaskan dan membenarkan bahwa Kerajaan Seram Timur itu pernah ada semasa dulu, dan telah diketahui keberadaannya di kerajaan Majapahit.

Sejarah terus berlanjut sampai masuknya bangsa Protugis (1512), VOC (1602 - 1700) hingga masa kemerdekaan (1945), masa pemberantasan RMS tahun 1949 dan Pembebasan Irian Barat tahun 1955.

Geser memiliki dua suku terkenal yakni suku Esiriun dan Siritaun. Kedua suku ini selama tujuh abad selalu hidup berdampingan meski keduanya memiliki wilayah kekuasaan masing-masing.

 

Presiden Soekarno bersama tokoh masyarakat Bati, P. Seram saat melakukan kunjungan ke Pulau Geser, Maluku, sekitar tahun 1956-1957. (sumber : Twiter : onco @almascatie

Suku Esiriun sepanjang sejarahnya di pulau Geser menguasai wilayah daratan, termasuk mahir bercocok tanam, berdagang dan hampir memiliki warisan rempah-rempah seperti cengkeh. Mereka memiliki bahasa asli yang disebut Pakunu.

Sedangkan suku Siritaun, lebih menguasai laut, menjadi pelaut tangguh. Suku ini juga memiliki bahasa yang sama yaitu Pakunu, namun berbeda dalam baju adat dan lambang kekuasaan.