BERITABETA.COM, Namlea - Pengolahan emas ilegal dengan sistim perendaman yang menggunakan bahan kimia berbahaya di kawasan Gunung Botak, khususnya di jalur sungai Wamsait, Dusun Wamsait, Desa Dafa, Kecamatan Waelata, Kabupaten  Buru, masih terus terjadi.

Dalam penyisiran oleh aparat Kepolisian Polsek Waeapo dan Polres Pulau Buru tanggal 28 Juli 2021 lalu , puluhan rendaman yang berjejer di kiri kanan sungai mulai dari jalur A, B dan C tidak terjamah aparat.

Para PETI di kawasan tersebut dikabarkan kabur, setelah mengetahui adanya operasi pembersihan.

Lolosnya sejumlah tempat rendaman ini, menyulut keprihatinan mahasiswa Buru di Kota Ambon yang menilai ada praktek tebang pilih. Atas kondisi ini mereka  berniat akan melakukan aksi unjuk rasa damai di Gong Perdamaian, Kota Ambon  dan Mapolda Maluku, Senin tanggal 2 Agustus besok.

Dalam seruan aksi damai itu para mahasiswa Buru ini akan meminta dan mendesak Kapolda Maluku agar segera menangkap oknum-oknum yang melakukan aktivitas tambang ilegal di kawasan Gunung Botak yang berdampak negatif dan merusak lingkungan.

"Kami juga mendesak Polda Maluku untuk mencopot Kapolres, Kasatreskim pulau Buru dan juga Kapolsek Waiapo yang diduga membiarkan dan melindungi aktivitas tambang ilegal di dataran Waiapo,"tuding mereka dalam seruan selebaran yang kini beredar luas.

Lebih jauh wartawan media ini melaporkan,  saat para wartawan mendatangi langsung titik-titik rendaman pengolahan emas di Jalur A, B dan C, pada Sabtu siang (31/07/2021) , terlihat aktifitas masih berjalan normal.

Saat lokasi rendaman itu dilihat dari dekat, sejumlah karyawan memilih kabur dari lokasi tersebut.

Beberapa warga yang mengais rejeki dengan menambang emas dengan sistim kodok -kodok di puncak Gunung Botak sempat melontarkan kekesalan mereka, karena saat penertiban tanggal 28 Juli lalu, aktifitas mereka yang disentuh aparat dengan membakar tenda-tenda tempat mereka berlindung.

"Kami hanya mencari sesuap nasi di pandemi Covid-19 ini dengan kodok kodok di Gunung Botak. Kami kerja tanpa bahan kimia. Tapi usaha kami yang jadi target sedangkan rendaman di Jalur A,B dan C tidak dilirik bapak polisi,  ,"sesal seorang warga.

Yang diherankan, kok pengolahan emas sistim perendaman yang justru menggunakan bahan kimia di Jalur A,B, dan C, sungai Wamsait tidak disentuh aparat ."Katanya yang donatur rendaman orang kuat yang punya bekingan,"cerita sumber ini.

Kapolsek Waeapo, Ipda Zainal yang dikonfirmasi di kantornya memilih diam.

"Saya tidak bisa memberikan keterangan kepada teman-teman. Keterangan pers harus satu pintu lewat Humas,"elak Ipda Zainal.

Sementara informasi yang berhasil diperoleh lebih jauh menyebutkan,  rendaman di tiga jalur tersebut di atas didalangi tiga pemain besar yakni Mantri Mole, Mas Nur alias Ustad alias Jenggot dan Haji Komar.